Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnisdaily.com-Medan. Masyarakat Karo di Sumatera Utara sudah sejak lama dikenal sebagai surganya kuliner. Terutama untuk jenis kuliner yang unik dan sensasional. Selain trites yang bahan dasarnya rumput dari lambung sapi, pada masyarakat ini juga dikenal kuliner ekstrem yang disebut kidu-kidu.
Kidu-kidu adalah ulat dari pohon nila atau enau yang telah membusuk. Ulat enau sendiri berwarna putih, gemuk dan berukuran sebesar jempol kaki orang dewasa. Kidu-kidu terkadang juga dapat ditemukan di pohon kelapa.
Ulat sagu sering juga disebut dengan ulat Bagong atau nama latinnya rhynchophorus ferruginenus. Ulat sagu dari pohon enau ini berasal dari larva kumbang yang telah menetas. Ulat ini biasa dimakan mentah ataupun dimasak dengan bumbu arsik oleh masyarakat suku Karo.
Di Indonesia, memang tidak hanya masyarakat Karo yang mengkonsumsi ulat ini. Sebagian masyarakat yang ada di Indonesia Timur juga masih mengkonsumsi ulat ini sampai sekarang. Misalnya masyarakat Papua. Namun ulat yang mereka konsumsi adalah ulat dari pohon sagu. Ada yang dimakan mentah, namun ada pula yang dimasak terlebih dahulu.
Di Karo sendiri, biasanya kidu-kidu dimasak dengan berbagai campuran bumbu dan rempah-rempah. Pada umumnya kidu-kidu diarsik. Namun sebelum dimasak, kidu-kidu itu dibersihkan lebih dulu. Lalu digoreng agar renyah. Kemudian kidu goreng ini, dimasak dalam kuah arsik dengan resep, kunyit, kemiri, bawang merah, bawang putih, andaliman, kincung (kecombrang).
Dahulunya makanan ini merupakan makanan favorit masyarakat Karo. Bahkan termasuk yang paling digemari raja-raja. Setiap kali ada kegiatan adat, kidu-kidu akan disajikan khusus kepada raja-raja dan tokoh masyarakat.
Karenanya, jauh hari menjelang kegiatan itu, para bapak telah pergi mencari dan mengumpulkan kidu-kidu dari pohon enau yang tumbang dan membusuk. Kidu-kidu nantinya akan dimasak untuk diberikan kepada raja-raja.
“Rasanya memang enak bang, tapi sulit dijelaskan. Bagian luarnya gurih dan bagian dalamnya renyah. Memang kalau orang pertama kali, pasti merasa jijik. Tapi bagi kami itu sudah biasa,” kata Eka Sembiring, kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (2/11/2017).
Dalam sejumlah penelitian disebut kidu-kidu memiliki sumber protein yang tinggi. Kidu juga memiliki khasiat untuk meningkatkan vitalitas.
Menurut sejarah, dulu para raja-raja di Karo sangat menyukai kidu. Selain dimasak, kidu-kidu ini juga bisa dimakan mentah-mentah.
“Kalau yang kutahu, orang yang makan kidu-kidu mentah-mentah biasanya untuk menambah stamina. Sama kayak puding, mungkin. Cuma aku sendiri belum pernah makan mentah-mentah,” ujar Eka, mahasiswi Universitas Negeri Medan ini.