Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Budayawan Batak, Monang Naipospos, menyentil ambisi orang Batak yang suka membentuk lembaga budaya, baik di Medan maupun di Jakarta. Namun setelah dibentuk, tak lama, lembaga itu tinggal nama.
"Di Jakarta, banyak lembaga seperti ini, tapi banyak yang mati, tinggal nama," kata Monang, saat menyampaikan orasi budayanya di acara pengukuhan Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak (YPKB) di Museum Negeri Medan, Jalan HM Jhoni, Medan, Minggu (21/7/2019).
"Saya senang karena ketika sampai di sini melihat peserta yang datang dari berbagai usia. Termasuk ada yang dari kalangan anak muda. Inilah yang akan meneruskan budaya Batak itu," katanya lagi.
Monang juga menyinggung degradasi budaya Batak yang tercermin dari perilaku orang Batak itu sendiri. "Ada anak muda yang curhat sama saya. Katanya, kek manalah aku main kawin, karena harus ada 200 juta," katanya. Lalu kubilang, kenapa harus dipaksa 'adat kecil' pun adatnya. Budaya atau kultur itu berangkat dari sisi kemanusiaan," kata Monang.
"Masyarakat kita ini sekarang hedonis. Padahal tidak begitu nilai-nilai budaya Batak sesungguhnya. Budaya Batak itu memberikan ruang dan mengutamakan sisi kemanusiaan," kata Monang.
Monang juga mengkritik konsep pariwisata yang mempertontonkan ritus budaya seolah sebuah pertunjukan. "Ritus budaya itu untuk dilakoni untuk dihayati, bukan untuk dipertontonkan. Kalau kebetulan ada yang tertarik melihatnya, bukan berarti jadi bahan tontonan apalagi hiburan," kata Monang.