Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Dalam waktu dekat kita akan melaksanakan pesta demokrasi lokal melalui Pilkada Serentak 2020. Sumatra Utara akan menyelengarakan Pilkada di 23 kabupaten/kota. Kota Medan salah satu daerah yang akan memilih pemimpin baru. Wajah- wajah kandidat mulai muncul, baik terbuka maupun yang masih malu- malu. Ada banyak orang yang sepertinya memiliki resep untuk menyembuhkan penyakit akut Kota Medan.
Demikian juga petahana, meski sepi prestasi, namun tetap berambisi. Sekian lama mereka "tidur" panjang, lalu terbangun menjelang periode berakhir. Berbagai aksi "pencitraan" dikemas demi simpati masyarakat. Tagline Medan Rumah Kita gagal total, sebab pondasi rumahnya pun tidak pernah dibangun. Mereka sibuk memoles dinding dan atap rumah yang sudah usang. Penghuninya dibiarkan sendiri menghadapi banjir, sampah, begal, kemacetan, dan kesemrawutan. Pelayanan dasar di bidang pendidikan, kesehatan pun jauh dari harapan. Kota tersandera oleh pemimpin tidak memiliki kompetensi mengelola pemerintahan.
Kebiasaan melempar kesalahan kepada orang lain sebagai senjata pamungkas wali kota pun wakilnya. Belum pernah ada pengakuan ketidakmampuan, dan permintaan maaf atas banjir yang selalu datang tiap kali turun hujan. Begitu juga ketika Medan mendapat predikat "Kota Terjorok", mereka justru sibuk membela diri. Tidak ada aksi konkrit mengatasi persoalan sampah.
Demikian juga ketika kemacetan terjadi secara massif, mereka malah berpikir membangun jalan tol dalam kota. Bahkan jalan tol khusus sepeda motor juga akan dibangun di pinggir- pinggir sungai. Begitu juga dengan maraknya kejahatan jalan raya, begal. Bahkan telah beberapa kali meyasar wisatawan mancanegara, tidak ada sama sekali tindakan konkret untuk menciptakan rasa aman. Pemerintah Kota Medan yang seharusnya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keamanan dan ketertiban kota, tak mampu melakukan aksi nyata.
Penelantaran pedagang korban kebakaran Pasar Aksara pun sebagai bentuk kebiadaban pemimpin Kota Medan. Ribuan keluarga pedagang terlantar akibat rencana relokasi yang ditentang oleh pedagang. Presiden Jokowi sudah mengunjungi lokasi kebakaran, dan menyatakan harus dibangun kembali di lokasi semula. Namun Pemko Medan tetap bersikukuh merelokasi pedagang dengan berbagai alasan. Mereka ingin membangun taman kota, fly over, bahkan stasiun LRT di lahan Pasar Aksara. Berbagai rencana fiksi sengaja dilempar, sebagai justifikasi pemindahan Pasar Aksara. Pedagang pun dengan tegas menolak, dan hingga kini tetap berjuang hingga ke Presiden Joko Widodo.
Berbagai kondisi di atas cukup dijadikan alasan untuk mencari figur baru. Pemimpin yang tidak punya "beban masa lalu". Kepala Daerah yang tidak tersandera ikatan- ikatan kepentingan lama. Pemimpin baru yang terbebas dari tekanan pihak manapun. Mereka yang dapat mengembalikan kewibawaan pemerintah. Tidak tersandera hutang budi, maupun terbebas dari dosa politik. Pemimpin yang dipilih karena memiliki integritas, kapasitas, dan kecakapan memimpin. Terpilih tanpa money politics, dan tidak membangun ikatan- ikatan primordial demi memenangkan Pilkada. Maka dengan demikian, kita akan mampu berharap Kota Medan akan berdiri sejajar dengan Kota Surabaya.
*Penulis Ketua Komisi D/ Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Sumatera Utara.