Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Membawa anggota keluarga berobat ke psikiater masih dianggap hal yang memalukan bagi sebagian besar warga Kota Medan. Padahal permasalahan tentang gangguan jiwa ini serupa dengan penyakit lain pada umumnya, yakni membutuhkan penatatalaksanaan dan penanganan yang cepat.
Ketua Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran (FK) USU/SMF Psikiatri Rumah Sakit USU, Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K) mengatakan, namun sejauh ini, stigma itu secara berangsur-angsur memang sudah mulai terkikis. Hanya, sebut dia, masih pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi saja.
"Saat ini masih hanya masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yang sudah mulai ada kesadaran berkunjung ke psikiater. Selebihnya memang masih sangat minim," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (4/8/2019).
Elmeida menjelaskan, untuk kasus gangguan jiwa yang ia tangani cukup beragam, mulai dari gangguan jiwa yang ringan, sedang hingga berat. Namun memang, lanjut dia, gejala yang ringan biasanya hanya perlu ditangani dengan melakukan rawat jalan saja.
Akan tetapi, Elmeida menyebutkan, bila sudah berat maka diperlukan rawat inap. Ia mencontohkan, untuk gangguan jiwa yang ringan biasanya ditandai dengan kesulitan tidur karena insomnia, atau terkait dengan penyakit lainnya.
"Diagnosis pasien yang sering berobat ke poliklinik rawat jalan mulai dari insomnia atau sulit tidur, kecemasan atau ansietas, depresif, afektif bipolar, skizofrenia, maupun perilaku akibat penyalahgunaan zat adiktif. Nah, kalau gejala awal seperti penyakit gangguan jiwa yang ringan ini cepat ditangani, maka perjalanan penyakit akan lebih baik bila dibandingkan kondisi gangguan jiwa yang sudah lama," jelasnya.
Karenanya, Elmeida mengatakan, perlu kesadaran untuk segera membawa pengobatan ke psikiater. Menurutnya jangan sampai menunggu gangguan jiwa ini begitu lama, sehingga kasusnya menjadi berat dan akan berdampak buruk.
"Saat ini juga banyak pasien dengan usia muda yang berobat rawat jalan dengan kasus game online addiction dan internet addiction. Kasus ini sudah mulai banyak, sejak dua sampai tiga tahun terakhir. Bahkan dalam tiga bulanan ini, ada dua hingga empat kasus pasien yang berkonsultasi untuk adiksi ini," terangnya.
Sementara untuk kasus dengan usia yang lebih tua, biasa dijumpai dengan gejala-gejala mental dan perilaku terkait demensia atau kepikunan. Sedangkan untuk rawat inap didominasi pasien pasien skizofrenia, gangguan afektif bipolar dengan ciri psikotik, depresi dengan ciri psikotik, gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat adiktif.
"Jadi bukan seperti anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa, gangguan jiwa itu hanya ketika seseorang sudah suka berbicara sendiri, mengamuk atau yang membahayakan masyarakat saja," pungkasnya.