Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Hingga lebih 15 menit pertunjukan digelar, yang tampak penampilan para pemeran berbalas dialog, disertai ekspresi datar tanpa memunculkan karakter tokoh berdasarkan penjiwaan masing-masing pemeran. Prinsip 5 menit pertama sebagai penentu kelanjutan penonton betah di tempat duduknya, gagal diwujudkan para pemeran pementasan drama “Fajar Siddiq” karya Emil Sanossa, di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan, No 33, Medan, Jumat (30/8/2019) sore.
Sebagaimana sinopsis, cerita berlangsung di sebuah markas gerilya saat malam. Terjadi perbincangan komandan kompi Marjoso dengan bawahannya tentang status seorang terhukum bernama Ahmad. Menurut sersan bawahannya warga menuntut eksekusi segera dijalankan sebelum fajar. Mereka khawatir Marjoso akan berubah pikiran, karena Ahmad selain kawannya sekaligus anak Haji Jamil, guru mengaji yang sangat dihormati dan dicintainya.
Penggalan sinopsis itu sudah menggambarkan drama “Fajar Siddiq” berisi cerita sangat menarik. Padanya menggumpal beragam emosi milik sejumlah tokoh cerita berkait dengan situasi menghadapi peperangan, pengkhianatan, kemanusiaan, persahabatan, dan persaudaraan. Sayangnya, cerita menarik itu tak berhasil diwujudkan melalui olah permainan para pemeran secara menarik pula.
Selain itu, ada hal menarik lainnya, plus unik. Menurut pihak TBSU, pementasan “Fajar Siddiq” merupakan program kegiatan unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumut itu, yang sempat dinyatakan tidak mendapatkan persetujuan tapi tiba-tiba dimunculkan agar diselenggarakan. Akibatnya, TBSU memberi kepercayaan kepada Stupa Teater yang katanya sudah punya kesiapan untuk mentas dan sudah lama mengajukan proposal untuk mengisi program kegiatan TBSU.
Benarkah pernyataan pihak TBSU itu? Memang, sebagaimana ditulis pada baliho, pementasan “Fajar Siddiq” merupakan produksi Stupa Teater. Kemudian, sutradara Wawan Setiawan, astrada Kamal Nasution, pimpro Kang Ayat, pemain Ika Safitri, Dedi Irawan, Khairul Fahmi Damanik, Irawan, Enzin Kalenjer, dan M. Arif. Dilengkapi, penata panggung Syahrizal Sibarani dan Aulia, penata lampu Jhoni Elpi.
Uniknya, mereka yang memerani tokoh dalam “Fajar Siddiq” program kegiatan TBSU itu selain merupakan personel salah satu grup teater dari luar Kota Medan, adalah juga yang berperan dalam pementasan drama serupa tapi di ajang Festival Teater HSBI beberapa waktu lalu dan di Gedung Utama TBSU. Jika menurut TBSU dipilihnya Stupa Teater mengisi program kegiatannya karena sudah punya kesiapan, kenapalah begitu jadinya?