Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Como 1907 klub teranyar yang diakusisi pengusaha Indonesia. Sebelumnya, beberapa tim luar negeri sudah pernah dimiliki pengusaha tanah air, Siapa sajakah itu?
Pengusaha Indonesia kembali berinventasi dengan membeli klub di luar negeri. Terbaru, Como 1907 klub asal Italia resmi diakusisi oleh Grup Djarum melalui SENT Entertainment LTD.
Dikutip dari Laprovincia di Como, perusahaan ini memang berbasis di London namun mereka disokong penuh oleh Robert Budi Santoso dan Michael Bambang yang memiliki Djarum. Kedua orang ini masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia. Kabar dibelinya Como oleh SENT Entertainment mencuat sejak April lalu.
Como yang saat ini berkutat di Serie C sempat menembus Serie A pada musim 2002-2003. Namun usai keberhasilan tersebut prestasi mereka merosot. Tim ini dinyatakan bangkrut pada 2004 dan baru kembali bangkit pada 2017.
Como menambah daftar klub luar negeri yang pernah dimiliki oleh pengusaha Indonesia. Sebelum Lariani, berikut ini adalah klub yang pernah diakusisi oleh para pengusaha tanah air.
Tranmere Rovers (Inggris)
Selain Como, Tranmere Rovers juga diakusisi oleh pengusaha Indonesia di tahun ini. Klub kasta ketiga Liga Inggris ini sahamnya dibeli oleh Santini Group.
Santini Group didirikan oleh Indonesia yaitu Sofjan Wanandi pada tahun 1994. Kini tiga Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi memiliki perusahaan ini.
Lechia Gdanks (Polandia)
Klub dimana Egy Maulana Vikri bermain ini sahamnya 10 persen dimiliki oleh PT Veritra Sentosa Internasional (Paytren). Paytren merupakan perusahaan milik Yusuf Mansur.
Ustad yang namanya cukup terkenal di Indonesia tersebut membeli saham Lechia pada 2018 yang lalu. Ia diyakini harus menggelontorkan sebesar 2,5 juta Euro atau sekitar 41,2 miliar untuk memiliki 10 persen saham tim kasta tertinggi Liga Polandia tersebut.
Leicester City (Inggris)
Juara Liga Inggris musim 2015/2016 ini sahamnya pernah 20 persen dimiliki oleh orang Indonesia yaitu Imam Arif. Ia memiliki saham The Foxes pada 2011.
Setahun kemudian, Imam memilih melepas sahamnya tersebut ke perusahaan pemilik saham mayoritas Liecester, King Power. Perusahaan yang asal Thailand tersebut 100 persen memiliki saham Leicester.
DC United (Amerika Serikat)
DC United sempat diakusisi oleh Erik Thohir pada 2012 lalu. Ia bersama rekannya Jason Levien mememilik saham klub Major League Soccer (MLS) ini sebesar 78 persen.
Enam tahun berselang tepatnya pada Agustus 2018, Thohir kemudian melepas sahamnya di DC United. Saham milik Thohir tersebut kini sepenuhnya dikuasai oleh Levien. Ia saat ini menjadi presiden DC United bersama Stephen Kaplan.
Inter Milan (Italia)
Selain DC United, Erick Thohir juga sempat menguasai saham Inter Milan. Ia mengakusisi 70 persen saham Inter Milan yang sebelumnya dimiliki Massimo Moratti.
Namun serupa dengan saat di DC United, Thohir kemudian juga memutuskan kembali melepas kepemilikan sahamnya. Ia hanya tiga tahun memegang pucuk tertinggi kekuasaan di Inter.
Thohir menjual sahamnya ke Suning Grup sebesar 39 persen sehingga ia hanya memiliki 31 persen Saham Inter. Pengaruh Thohir untuk La Beneamata sepenuhnya hilang usai ia memutuskan menjual sisa sahamnya di Inter kepada perusahaan asal Hongkong, Lion Rock pada Januari 2019.
CS Vise (Belgia)
Saham Vise pernah diakusisi oleh Bakrie Group pada 2011 lalu. Pengaruh dari kepemimpinan Bakrir Group membuat beberapa pemain Indonesia sempat bermain di tim Liga Belgia ini.
Nama-nama seperti Alfin Tuasalamony, Syamsir Alam, hingga Yandi Sofyan sempat mentas disana. Bakrie Group kemudian memutuskan melepas saham mereka di Vise tiga tahun berselang usai berkuasa. Ia menjual saham mereka ke investor loka.
Brisbane Roar (Australia)
Sebelum Vise, Bakrie Group terlebih dahulu mengakusisi saham Brisbane Roar. Mereka pertama kali mengakusisi Brisbane Roar saham Brisbane Roar pada 2011 sebesar 70 persen.
Grup ini kemudian membeli 30% saham sisanya sehingga mereka sepenuhnya menguasai tim asal Australia ini. Sampai saat ini Bakrie Group masih memiliki saham mayoritas Brisbane.
Jabatan presiden klub yang berdiri 62 tahun yang lalu tersebut kini dipegang oleh Rahim Soekasah.(dts)