Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pesawat antariksa NASA, Parker Solar Probe, telah terbang mendekati Matahari dalam jarak yang paling rapat di antara wahana sebelumnya. Wahana ini pun mengirimkan data-data yang cukup mengejutkan.
Parker Solar Probe diluncurkan pada tahun 2018 dan saat ini jaraknya 24 juta kilometer dari Matahari. Meski angka itu tampak jauh, sebenarnya sangat dekat untuk hitungan di antariksa, kurang dari separuh jarak antara planet Merkurius dengan Matahari.
Dikutip dari Guardian, kiriman data dari Parker diharapkan membantu menyingkap beberapa misteri, termasuk kenapa atmosfer Matahari yang disebut sebagai korona, ratusan kali lipat lebih panas dibandingkan permukaannya. Kemudian juga asal muasal persis dari angin Matahari.
"Tiga kali pendekatan wahana sejauh ini spektakuler. Kami bisa melihat struktur magnetis dari korona, yang memberitahu kita bahwa angin Matahari muncul dari lubang kecil korona," kata Profesor Stuart Bale dari University of California, Berkeley.
"Kami melihat aktivitas impulsif, pancaran besar atau switchbacks, yang kami pikir berhubungan dengan asal muasal angin Matahari. Dan kami juga terkejut dengan keganasan lingkungan debu di Matahari," papar dia.
Sebelumnya, ilmuwan mengamati bahwa angin Matahari tampak punya dua komponen, satu yang cepat bergerak sekitar 700 kilometer per detik dan jenis yang lambat bergerak di bawah 500 kilometer per detik. Adapun asalnya belum diketahui.
Wahana Parker telah melacak bahwa angin Matahari jenis yang lambat, kembali ke lubang korona di sekitar ekuator Matahari yang sebelumnya belum diobservasi. Pengamatan Parker juga mungkin menjelaskan kenapa korona begitu panas.
"Korona itu jutaan derajat Celcius, tapi permukaan Matahari hanya ribuan. Misalnya seperti permukaan Bumi temperaturnya sama, tapi atmosfernya ribuan derajat suhunya. Bagaimana penjelasannya?," ujar Profesor Tim Hrobury dari Imperial College London.(dtn)