Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Muara. Doa dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Mula Jadi Na Bolon) atas hasil panen yang melimpah (Gabe Na Ni Ula). Masyarakat dengan gembira memetik hasil panen (Matumona). Kemudian secara bersama-sama masyarakat dalam satu kecamatan menggelar doa syukuran dan makan bersama (Patumona).
Begitulah makna yang terkandung dalam setiap upacara adat Matumona pada masyarakat Batak di sekitar Danau Toba. Namun belakangan Upacara Adat Matumona kini semakin jarang terdengar dan dilaksanakan.
"Semakin jarang dilaksanakan. Padahal Uacara Adat ini merupakan salah satu kekayaan budaya Batak dan sudah ada sejak ada Danau Toba," kata Jamal Simatupang, Ketua Panitia Festival Matumona Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Kamis (19/12/2019) kepada medanbisnidaily.com. Festival Matumona akan digelar selama tiga hari hingga Sabtu (21/12/2019) dipusatkan di Pantai Libra SS Danau Toba, Desa Unte Mungkur, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara.
Hari pertama gelaran Festival Matumona dibuka secara resmi oleh Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan.Sajian utama Festival diisi dengan Ritual Patumona Solu Bolon Parade Formasi Hariara Sundung Dilangit. Dua Unit Solu Bolon (Perahu Besar) milik Raja Simatupang (salah satu marga di kecamatan Muara) dilepas dari pantai menunju perairan Danau Toba. Para Raja (Penguasa) dan Raja Bius menaiki Solu Bolon mengitari Perairan Danau Toba diiringi Musik Tradisional Batak.
Lanjut kata Jamal Simatupang, yang juga Kepala Desa Unte Mungkur sekaligus juga ketua Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) se-kecamatan Muara menyampaikan, upacara adat Matumona semakin jarang terdengar. Minimnya promosi dan dukungan finansial dituding sebagai penyebab Budaya Matumona semakin dilupakan. Meski digadang-gadang Festival Matumona akan menjadi Even Pariwisata dan akan dihelat setiap tahun.
"Minim dukungan finansial dari Pemkab. Festival Matumona yang digelar hari ini murni swadaya masyarakat Muara melalui seluruh Kepala Desa se- Kecamatan Muara," jelasnya.
Festival Matumona sendiri terkesan hanya upacara seremonial. Sederet kata sambutan menghabiskan waktu penyelenggaraan Festival hari pertama. Tidak terlihat antusiasme warga dari luar daerah Muara yang datang, maupun turis manca negara.