Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak (YPKB) berharap pemerintah provinsi Sumatra Utara (Pemprovsu) berkoordinasi dengan pusat tetap menggelar Festival Danau Toba (FDT). Menurut YPKB, event ini penting untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Kawasan Danau Toba (KDT). Bilapun dirasa kurang maksimal, yang harus dilakukan adalah mengevaluasi, bukan ditiadakan. Demikian dikatakan Ketua YPKB, Albiner Siagian kepada medanbisnisdaily.com di sekretariat YPKB Jalan Letjen Suprapto, Medan, Minggu malam (12/1/2020).
Jangan dihentikan tapi diperbaikilah mana yang kurang. Saran kami, FDT ke depannya harus dikemas dengan lebih melibatkan kelompok masyarakat lokal. Bila perlu digelar di berbagai tempat di KDT dengan menyuguhkan atraksi berupa ritus yang memang masih dilakukan masyatakat setempat," kata Albiner.
Sifat FDT, sambung akademisi Universitas Sumatra Utara ini, harus bottom up bukan top down seperti sekarang ini. Yakni lebih memberikan porsi kepada masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.
Penasehat YPKB, Jim Siahaan menambahkan, kegagalan FDT tahun lalu memang karena persiapannya yang kurang. Hal itulah yang mestinya diperbaiki. Termasuk materi acara yang memang kurang menarik.
Terkait atraksi berupa ritus yang bisa dikemas menjadi suguhan FDT, menurut Jim, hingga sekarang ini masih banyak tersebar di berbagai kawasan di Danau Toba. Misalnya, di Muara ada ritus manogu solu dan matumona. Di Sihaporas ada ritus patarias debata dan sebagainya.
"Saya kira bila ritus-ritus itu saja diangkat dan dikemas akan jadi suguhan yang luar biasa. Turis bisa melihat bagaimana kayanya orang Batak dengan beragam ritusnya," kata Jim.
Baca Juga: Tahun 2020 Festival Danau Toba Ditiadakan, ini Alasannya
Gubernur Edy Cari Bentuk Kegiatan Lain Gantikan Festival Danau Toba
Keterlibatan masyarakat, kata Jim, diperlukan agar pelaksanaan FDT tidak hanya berdasarkan dari kacamata pemerintah saja. Apalagi tujuan FDT itu sendiri adalah untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan setempat.
Sementara itu, anggota YPKB lainnya, Manguji Nababan berharap agar pemerintah melakukan evaluasi secara menyeluruh. Ini sesuai dengan falsafah orang Batak yang berbunyi "molo litok aek di jae tingkiri tu julu" (kalau ada masalah air di hilir harus dilihat apa masalahnya di hulu)
"Nafas FDT itu adalah atraksi dan atraksi itu salah satunya bisa dari ritus-ritus. Makanya keterlibatan masyarakat lokal sangat penting. Sebaliknya, turis juga akan melihat suguhan yang mungkin belum pernah mereka lihat sama sekali," kata Manguji.
Terkait dengan respon-respon masyarakat tentang wacana penghapusan FDT yang disampaikan Gubernur Edy Rahmayadi itu, pengurus YPKB lainnya, Tansiswo Siagian mengatakan, hal itu harus dilihat secara positif. Hal itu membuktikan adanya rasa cinta dan keinginan yang sama terhadap pengembangan pariwisata di KDT.
"Semua pihak harus bersikap tenang. Semua harus melihat sisi positif dari dinamika yang ada. Jangan mengambil keputusan dalam situasi emosional," kata Tansiswo.