Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya ingat lagi lagu “The Singer Not the Song” dari The Rolling Stone. Orang hanya mempersoalkan penyanyinya, the singer, bukan the song, nyanyiannya.
Cobalah, dengar apa “lagu” yang suka didendangkan berbagai menteri dari tim ekonomi kabinet Jokowi. Selalu saja bernada membela diri. Misalnya, “bukan kita saja yang pertumbuhan ekonominya melambat. Juga banyak negara.” “Bukan hanya rupiah saja yang melemah terhadap dolar AS. Tapi juga berbagai mata uang Negara lain”. Apalagi kini ada sergapan virus corona. Berbagai negara juga merasakan dampaknya.
Tak terdengar lagu baru. Misalnya, jika turis dari Cina menurun, garaplah wisatawan dari Uni Eropa. Galakkan turis domestik. Dorong maskapai penerbangan dan perhotelan menurunkan tarif.
Lakukan juga revolusi pola perdagangan, dari yang mengutamakan ekspor bahan mentah menjadi maraknya industri hilir di dalam negeri secara drastis. Kemudian, sektor riil yang kering kerontang “dibasahi” dengan kredit perbankan, yang meskipun tetap prudential. Lalu, program infrastruktur secara besar-besaran, jika perlu ditopang utang luar negeri yang besar pula.
Sayangnya, kita tidak kreatif dan selalu mengunyah-kunyah yang lama. Tidak terlalu penting harus mereshuffle kabinet. Tetapi ceritanya harus “lagu baru”, the new song. Gelora itulah yang bisa menggairahkan perekonomian Indonesia.
Mengapa tak ditetapkan bahwa sektor UKM, sektor riil, pertanian, turisme, industri domestik dan infrastruktur sebagai sasaran utama? Sehingga rekayasa APBN bagaikan “banjir bandang” mengaliri berbagai sektor yang melibatkan mayoritas penduduk negeri ini.
Mudah-mudahan, terciptalah pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan mayoritas rakyat. Bukan cuma dinikmati oleh pengusaha kuat dan pemain saham yang mengiurkan investor dan pemain asing. Jika dolar didera kekeringan likuiditas, pasti terbang lagi ke negeri asalnya seperti beberapa waktu lalu. Kini giliran the new song. Hayo, tralala-trilili!