Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Pakpak Bharat. Ritual Menanda Tahun yang merupakan upacara adat yang rutin dilaksanakan setiap tahun sebelum masa tanam, telah digelar di Delleng Simenoto, Sabtu (15/2/2020). Ritual itu digelar oleh marga Manik.
Upacara adat menanda tahun di daerah ini biasanya diikuti dari 3 (tiga) desa yakni , Desa Kecupak I; Desa Kecupak II, dan Desa Simerpara serta 6 Lebbuh, yakni Lebuh Sabah, Lebuh Delamdam, Lebuh Kuta Tengah, Lebuh Tuppak Beak, Lebuh Pulo Namuk dan Lebuh Simerpara.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui apa saja yang baik yang akan dilakukan dan apa saja yang tidak perlu dilakukan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Prosesi ritual dibawakan oleh seorang Guru Sibaso (memiliki ilmu gaib) bernama Tema Manik.
Setelah menyembelih seekor ayam betina yang belum pernah bertelur, Sibaso tersebut menerawang dan mengabarkan berita apa saja yang didapat dari ayam yang telah disembelih tersebut.
Begini menurut hasil terawangan sibaso dari ayam yang disembelih, agar masyarkat petani harus menanam padi merah terlebih dahulu, hasil tanaman buah dan sayuran ditahun seimbang.
Selain itu ekonomi masyarakat akan lebih banyak uang masuk daripada uang keluar. Namun Sibaso memberitahu kalau ditahun ini banyak masyarakatnya harus berhati-hati dengan mungkin akan ada penyakit yang yang datang dari roh jahat.
Sibaso meminta agar orang-orang tua lebih menjaga dan memperhatikan agar tidak terkena penyakit tersebut.
Setelah acara Ritual pada kegiatan tersebut, masyarakat dan seluruh undangan yang hadir disuguhkan makanan khas suku Pakpak yaitu makan Pelleng si Cina Mbara.
Pelleng yang disajikan pada kegiatan ini berbeda dengan pelleng pada acara-acara pakpak yang lainnya. Kali ini pelleng dibungkus dengan daun tambelakut (daun dari hutan). Dengan dibungkus dengan daun tambelakut rasa pelleng tersebut akan terasa lebih nikmat dan menggugah selera.
Setelah selesai makan, sebelum jam 12 siang, lokasi upacara tersebut akan ditinggalkan secara bersama-sama untuk pulang ke rumah, karena sudah waktunya acara ritual berahir dan sampailah pada masa "Sangket Rebu".
Salah seorang warga akan ditunjuk untuk membawa janur keliling kampung sambil meneriakkan Sangket Rebu. Sangket Rebu adalah waktu masyarakat untuk menjauhkan pantangan-pantangan yang sejak dulu sudah diterapkan.
Adapun pantangan-pantangan tersebut adalah menyalakan api, mengorek tanah, menggongseng, makan, minum dan diimbau agar warga si sada rube tidak melakukan aktifitas apapun hingga pukul 6 sore pada hari menanda Tahun tersebut.