Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Apa yang harus kita katakan ketika Pilkada kota Medan tanpa calon perseorangan atau indepeden? Syahdan, KPU Kota Medan telah melakukan pengecekan jumlah dukungan dua bapaslon di aplikasi Sistem Informasi Pencalonan (Silon). Hingga pukul 24.00 WIB, Minggu (23/2) lalu, jumlah dukungan untuk Bapaslon H. Azwir – Abdul Latif Khan ada 948 dukungan atau 0,9% dan Bapaslon Yudi Irsandi – Suyono 140 dukungan atau 0,1% dari total syarat minimal yang ditetapkan. Adapun syarat minimal dukungan adalah 104.954 surat pernyataan.
Padahal, dengan ketampilan calon perseorangan merupakan peluang bagi masyarakat untuk mengajukan calon tersendiri. Maklum, selama ini ada ketidakpuasan masyarakat terhadap bapaslon yang diusung oleh partai politik.
Tapi mengapa ketika peluang terbuka, antusiasme masyarakat ternyata sepi saja. Apa gerangan yang terjadi.
Saya kira tak sekadar karena bapaslon independen tidak seperti parpol yang mempunyai jaringan ke masyarakat. Misalnya, melalui pengurus dan anggota parpol tingkat kota dan kelurahan.
Saya menduga, jangan-jangan inilah fenomena apatisme publik terhadap politik. Ya, minimnya emosi, motivasi, atau antusiasme. Bahkan, secara psikologi, menunjukkan sikap cuek atau acuh tak acuh; sehingga tidak tanggap terhadap alternatif politik pencalonan Kepala Daerah.
Saya ingat Fritz Solmitz mengatakan bahwa sikap apatis :adalah suatu ketidakpedulian individu karena tidak memiliki minat terhadap suatu keadaan. Tidak tertarik. Tidak peka. Boleh jadi juga karena tidak percaya lagi pada orang lain karena selama ini terlalu sering dikecewakan dan merasa dikhianati.
Tak pelak, kita pun terkenang Pilkada Kota Medan 2015, juga mengukir prestasi Golput yang dahsyat. Bayangkan, mencapai 1.477.745 warga, alias 74,44% dari pemilih tetap sebesar 1.985.096 pemilih. Partisipasi pemilih hanya 507.351 jita, atau sekitar 25,56%.
Memang, duet Dzulmi Eldin-Achyar Nasution berhasil memenangkan Pilkada dengan dukungan suara 346.406 suara, atau 71,72% dari suara sah sebesar 483.014 jiwa. Namun pesentasenya jauh terpuruk dari pemilih tetap sebanyak 1.985.096 jiwa.
Saya berharap agar parpol benar-benar selektif mengajukan calon yang bermutu. Integritasnya bagus, populer dan programnya cemerlang. Mungkin, bisa membuat apatisme publik mencair dan bergairah berpartisipasi dalam pilkada kota Medan. Sebab jika tidak, saya khawatir Golput kembali “menang” dalam pilkada Kota Medan.