Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menjelang bulan Ramadan dan lebaran, stok pangan seperti daging, minyak, dan gula semakin menipis. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas).
Ia mengatakan, gudang Bulog saat ini hanya terisi oleh beras, dan 2.000 ton daging. Menurut mantan Kepala BNN itu, stok pangan yang ada saat ini sangatlah rawan dalam persiapan menghadapi bulan ramadan.
"Ya sekarang yang tersisa hanya beras. Seandainya ada jagung juga tidak mencukupi. Artinya stoknya sangat kecil, minyak goreng juga tidak terlalu banyak, daging juga sudah habis, tinggal sedikit. Karena kita tidak mendapatkan lagi izin impor. Stok daging di Bulog tinggal sekitar 2.000 ton. Jadi itu sudah cukup rawan," ungkap Buwas di Gudang Bulog, Jakarta Utara, Kamis (27/2/2020).
Bulog sendiri tak punya penugasan dalam melakukan stabilisasi harga pangan selain beras. Sehingga, ketika harga gula, bawang putih, dan sebagainya naik seperti yang terjadi saat ini, Bulog hanya bisa berdiam diri.
"Tidak ada (penugasan). Makanya untuk stabilisasi gula, bawang, dan lain-lain kecuali beras Bulog tidak bisa berperan apa-apa," tutur Buwas.
Baca juga: Stok Makin Menipis, Kapan Bawang Putih Impor Masuk RI?
Buwas sendiri sangat menyayangkan kondisi tersebut. Khususnya untuk stabilisasi harga gula sendiri, Bulog sudah mengusulkan importasi 200.000 ton gula. Namun, hingga saat ini usulan perusahaan pelat merah itu belum digubris.
"Ya kan sekarang kenapa gula harganya tinggi karena kebutuhannya. Supply-nya terhenti, terhenti itu kan dari sebab-akibat, karena kekurangan. Termasuk tidak adanya tambahan impor, kan harusnya kita hitung memang kebutuhan. Impor tidak berdasarkan kuota, tapi kebutuhan. Harusnya kan begitu," paparnya.
Padahal, menurutnya penugasan importasi komoditas pangan dari Bulog dapat diawasi secara maksimal, baik dari harganya maupun kualitas.
"Bulog ini kan tidak impor secara umum. Kita impornya diawasi. Diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Bukan seperti swasta, karena kita penugasan. Berarti harganya sudah dipatok sekian, jualnya sekian, kualitasnya harus sekian. Itu, jadi beda. Maka bulog tidak bisa disamakan dengan swasta. Kalau swasta begitu dapat berita impor ya impor, ya suka-suka dia saja," tutup Buwas.(dtf)