Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Hari ini, 23 Maret 2020, dunia merayakan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-70 dan sekaligus perayaan Hari Air Sedunia ke-28. Dalam perayaan HMD Tahun 2020, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) menetapkan tema “Climate and Water”. Tema ini ini dinilai sangat aktual dan relevan, di mana air memiliki peran yang cukup penting dalam kejadian bencana hidrometeorologi di belahan bumi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan rob.
Bertepatan dengan perayaan HMD ke 70 tersebut, WMO telah memberikan rekomendasi kepada seluruh lembaga atau Badan Meteorologi Nasional (National Hidrological and Meteorological Services/NHMS’s) yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika di Indonesia. Dalam pidatonya menyambut HMD, Sekretaris Jenderal WMO, Dr Patteri Talaas menitik beratkan pada 4 poin.
Pertama, dampak perubahan iklim telah mempengaruhi pola curah hujan yang terjadi di beberapa wilayah di belahan bumi. Hal ini ditunjukkan di mana sistem Badai Tropis “Harvey” yang terjadi di Houston Amerika Serikat pada tahun 2017 menunjukkan gerakan yang semakin melambat. Berdasarkan kejadian saat itu, aktivitas Badai Harvey yang terpantau oleh Badan Cuaca AS berlangsung selama 22 hari, di mana badai tersebut mulai terbentuk pada 17 Agustus 2017 dan berakhir 2 September 2017. Badai ini bergerak dengan kecepatan maksimal 215 km/jam, di mana tekanan udara pada pusat badai mencapai 938 mb.
Dampak badai meliputi pada areal yang luas mencakup wilayah Kepulauan Winward, Suriname, Guyana, Nikaragua, Honduras, Belize dan Semenanjung Yucatan. Total kerugian akibat dari aktivitas Badai Harvey mencapai lebih dari US$ 70 miliar dan tercatat 71 korban jiwa melayang (1 orang di Guyana dan 70 orang di Amerika Serikat).
Peningkatan suhu permukaan laut yang disebabkan oleh pemanasan global telah memicu munculnya pola tekanan rendah di beberapa wilayah di belahan bumi. Indonesia juga pernah mengalami dampak kemunculan siklon tropis Cempaka dan Dahlia pada tahun 2017. Bahkan siklon tropis Cempaka yang terjadi di Samudera Hindia pada 27 November – 03 Desember 2017 telah menimbulkan korban jiwa di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur mencapai 41 orang.
Kedua, WMO memproyeksikan bahwa tahun 2050 kebutuhan terhadap air bersih akan mengalami peningkatan 25%-30% lebih tinggi dibandingkan hari ini. Kebutuhan ini akan terus meningkat disebabkan oleh perubahan iklim yang seiring dengan peningkatan populasi penduduk dunia.
Berbicara tentang kebutuhan air bersih, saat ini Pemerintah RI sudah melaksanakan upaya mitigasi melalui Peraturan Presiden No 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air dan Peraturan Presiden No 88 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi Pada Tingkat Nasional. Regulasi ini bertujuan untuk menyediakan data dan informasi Hidrologi, Hidrometeorologi dan Hidrogeologi (H3) yang akurat, benar, berkesinambungan dan tepat waktu bagi terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang optimal khususnya di dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Sistem H3 ini melibatkan 3 kementerian dan lembaga yakni untuk Kementerian PUPR, BMKG dan Kementerian ESDM.
Ketiga, WMO mendorong adanya kerja sama antara sektor pemerintah dan swasta melalui mekanisme public private partnership untuk meningkatkan sektor layanan infrastruktur di bidang meteorologi. Saat ini BMKG sebenarnya telah melakukan terobosan terkait pola kerja sama tersebut. Di tingkat internasional, BMKG telah mengembangkan pola kerja sama strengthening I dan II, khususnya di dalam penguatan layanan informasi cuaca bagi masyarakat melalui peningkatan kemampuan prakiraan cuaca dengan menggunakan model-model cuaca dinamis.
Strengthening merupakan kegiatan kerja sama antara BMKG dengan Perancis. Kegiatan ini diadakan untuk peningkatan pelayanan MKG bagi masyarakat. Strengthening Climate and Weather Service Capacity akan dilaksanakan untuk mendukung konektivitas, penguatan layanan cuaca dan iklim dalam berbagai sektor, di antaranya ketahanan pangan, energi, industri maritim, keamanan transportasi laut maupun penerbangan, yang pada gilirannya memberikan dampak pada pertumbuhan PDB nasional.
Keempat, lembaga riset seperti pusat penelitian dan pengembangan merupakan wadah yang cukup penting. WMO berharap agar Puslitbang dapat mendukung secara penuh bagi kegiatan berbasis operasional (from science to services), terutama di dalam meningkatkan layanan informasi cuaca kepada masyarakat.
Saat ini BMKG telah memiliki Puslitbang yang tertuang di dalam UU Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bab XII pasal 70 ayat (1), yakni Penelitian meteorologi, klimatologi dan geofisika dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas analisis meteorologi, klimatologi dan geofisika. Ini berarti bahwa sektor penelitian dan pengembangan harus memberikan kontribusi di dalam peningkatan layanan kepada masyarakat.
Puslitbang BMKG telah berperan di dalam menghasilkan produk-produk yang sangat membantu kegiatan operasional, di antaranya melakukan penelitian terkait mencairnya es di puncak Pegunungan Jayawijaya, pengamatan kualitas udara pada saat Hari Raya Nyepi di Bali, di mana berdampak terhadap penurunan emisi gas rumah kaca CO2, pembangunan Numerical Weather Prediction (NWP) berbasis WRF (Weather Research and Forecasting Model) dalam meningkatkan akurasi prediksi cuaca dan penyusunan peta mikrozonasi gempa di wilayah Indonesia melalui INA Seismic Microzonation Information System.
Apa yang disampaikan Dr Pateri Talaas merupakan sebuah pesan khusus menghadapi dampak perubahan iklim. Dampak perubahan iklim sudah dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia. Bahkan Indonesia sudah meratifikasi terkait Protokol Kyoto (1997) dan Paris Agreement (2015), di mana diperlukan upaya menahan laju kenaikan suhu global agar kurang dari 2oC dan berupaya sekuat tenaga untuk tidak melebihi 1,5oC.
Berdasarkan empat poin penting di atas, BMKG sebenarnya sudah bisa menjawab tantangan tersebut. Sebagai satu-satunya lembaga pemerintah di Indonesia yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai penyelenggara kegiatan meteorologi, klimatologi dan geofisika BMKG tentunya harus dapat mengimplementasikan amanah tersebut. BMKG akan sekuat tenaga untuk melakukan penguatan internal dan eksternal khususnya di dalam meningkatkan layanan informasi kepada masyarakat terkait dengan dampak perubahan iklim melalui upaya adaptasi dan mitigasi.
Dukungan dari seluruh stakeholder, baik pemerintah maupun pihak swasta sangat dibutuhkan agar target melalui moto cepat, tepat, akurat dan mudah dipahami dapat terus bergema di bumi pertiwi Indonesia yang kita cintai.
===
Penulis Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat dan tidak akan dimuat di media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG) dan data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]