Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Kita akan menemukan nama Corona atau disebut juga Covid-19 pada judul utama headline berita akhir-akhir ini. Virus Covid-19 sudah menjadi perhatian setiap negara dunia yang kemudian dinaikkan statusnya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadi pandemi, karena penyebarannya sudah dalam skala global. Di Indonesia, virus ini baru masuk pada bulan Februari setelah pemerintah mengonfirmasi dua orang positif terjangkit, sejak pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina, pada Desember tahun lalu.
Hingga sekarang, per tanggal 5 April 2020, menurut laman resmi Pemerintah Indonesia, secara nasional, korban covid-19 sudah mencapai 2.273 orang, sembuh sebanyak 164 orang, dan meninggal 198 orang. Seminggu yang lalu, jumlah ini berada di angka 895 orang yang tercatat positif, sedangkan yang meninggal 78 orang (26 Maret 2020). Jumlah korban yang terus bertambah tersebut membuat masyarakat was-was, apalagi saat ini munculnya kekhawatiran dunia Internasional terhadap kemampuan pemerintah dalam penanganan virus ini.
Beberapa langkah sudah diterapkan oleh pemerintah, antara lain Work From Home, Physical Distance, Rapit Test. Selain itu, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi mengganti metodenya dengan kelas online. Di tengah langkah yang ditempuh pemerintah saat ini, muncul desakan untuk segera menetapkan status lockdown atau isolasi total dengan menutup semua akses keluar masuk di semua atau sebagian wilayah Indonesia, meskipun itu akhirnya ditolak dengan alasan menjaga kestabilan ekonomi nasional. Di kawasan Asia sendiri yang sudah melakukan isolasi total yakni Cina, India, dan Malaysia.
Penurunan Polusi
Dampak dari penyebaran virus Covid-19 ke berbagai belahan benua telah mendesak berbagai negara membuat kebijakan yang dianggap perlu untuk memperlambat penyebaran virus ini, sehingga berakibat kepada penurunan aktivitas manusia. Di sisi lain tingkat emisi nitrogen dioksida (NO2) pada sejumlah negara yang menghentikan aktivitas ekonomi di wilayahnya menurun. Nitrogren dioksida sendiri merupakan senyawa kimia hasil berbagai pembakaran mesin kendaraan, pembangkit listrik, dan pabrik-pabrik.
Di Cina, dengan diterapkannya kebijakan lockdown, mengakibatkan arus transportasi, serta aktivitas industri berhenti. Hal ini terlihat dari pantauan citra satelit Badan Antariksa Amerika (NASA), bahwa terjadi penurunan signifikan emisi nitrogren dioksida di seluruh wilayah Cina pada bulan Februari. Bergeser ke benua Eropa, pemulihan lingkungan tampak di Kota Venesia, Italia, kualitas air di kanal-kanal mulai tampak membaik. Tidak ada perahu/gondola yang beroperasi di kanal membuat air tampak jernih. Ikan pun mulai terlihat di dasar kanal. Sementara itu di sebelah utara negara yang diterjang pandemi itu, penurunan emisi NO2 terjadi dari pantauan citra satelit Copernicus Sentinel-5P. Sebelumnya, Perdana Menteri Italia telah memberlakukan kebijakan yang sama dengan Cina pada 9 Maret lalu.
Bila dikaji kembali ke belakang, polusi udara, salah satu dari nitrogen dioksida, ternyata telah berkontribusi besar pada kematian jutaan orang di dunia setiap tahun. Dari hasil riset Global Alliance On Health And Polution (GHAP) khusus di Indonesia, polusi menjadi penyebab meninggalnya 123,7 ribu orang, dan menduduki peringkat keempat penyumbang polusi udara pada tahun 2017.
Memang terasa aneh bila membandingkan jumlah korban yang dihasilkan virus Covid-19 dan polusi udara. Kita turut berduka mengetahui peran manusia berkaitan membuat dirinya celaka karena kedua hal tersebut. Bencana tingkat global yang sedang terjadi sekarang sudah semestinya menyadarkan bahwa keseimbangan alam sedang terganggu akibat kita sendiri.
Manusia dan Alam
Manusia ternyata masih memusatkan diri pada kepentingannya tanpa memperhatikan bahwa organisme selain dirinya juga memiliki kepentingan yang sama sebagai menghuni biosfer. Cukup ironis melihat manusia absen dalam hubungan tanggung jawabnya kepada sesama makhluk hidup, juga kepada lingkungan biotik yang menyokong jalannya kehidupan.
Selain itu, kekeliruan pandangan para ekonom bahwa faktor ekonomi adalah yang segalanya, bukan salah satu aspek kehidupan, menjadikan manusia pemeran antagonis dari lingkungannya. Arah pembangunan telah menghancurkan dunia sejak revolusi industri dimulai sekitar tahun 1870,yang berdampak terjadinya pemanasan global. Artinya, manusia sesungguhnya sedang berada di rel yang salah, karena terus menerus melanjutkan pengrusakan yang terjadi, meskipun alam sudah memperingatkan melalui perubahan iklim dan krisis sosial ekologis lainnya.
Banyak ahli memperkirakan bahwa munculnya berbagai penyakit dan virus baru berkaitan dengan kerusakan alam dan perubahan iklim. Ketidakseimbangan alam telah memaksa berbagai jenis bakteri dan virus baru tersingkap dari habitat epidemiknya, dan menyebar keberbagai tempat yang belum ada sebelumnya (pandemik).
Selama ini berbagi kampanye untuk mendorong kebijakan penyelamatan ekologi global kurang mendapat tanggapan dari negara industri maju. Seolah bersikap masa bodoh, eksploitasi terdapat sumber daya alam oleh korporasi besar, tidak mempedulikan kerusakan ekosistem atas alasan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Di saat seluruh umat manusia dipaksa untuk tinggal dirumah, kini saatnya untuk melakukan refleksi atas arah pembangunan nasional termasuk global. Saatnya urusan ekologi dan sosial menjadi prioritas, karena telah terbukti, membuat ekonomi sebagai prioritas dan menelantarkan lingkungah hidup, telah berdampak hancurnya kehidupan termasuk ekonomi yang diagung agungkan itu sendiri.
===
Penulis adalah Koordinator Bidang Pengelolaan Pengetahuan, Hutan Rakyat Institute
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat dan tidak akan dimuat di media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG) dan data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 5.000-6.000 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]