Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Nisel. Kematian ribuan ekor ternak babi milik masyarakat yang mati mendadak di Kabupaten Nias Selatan dalam dua pekan terakhir ini disebabkan virus African swine fever (ASF), yang sebelumnya juga menjadi penyebab matinya puluhan ribu babi milik peternalk di sejumlah kabupaten/kota di Sumut pada akhir tahun lalu. Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Peternakan Babi (Asperba) Sumatera Utara (Sumut), Robert Dachi, Sabtu (2/5/2020).
Data Dinas Pertanian Nisel, kematian babi sudaha mencapai 25.559 ekor, yang tersebut di 17 kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.
"Kemarin kita metting online bersama Ketua Balai Veteriner Wilayah I Medan Pak Agustia, bahwa mereka telah melakukan penelitian atas kematian babi di Nias Selatan dan Nias. Berdasarkan hasil lab balai veteriner wilayah I Medan mengatakan bahwa kematian babi di Nias Selatan disebabkan oleh virus ASF, di mana hasil lab saat ini sudah beredar di masyarakat, bahkan saya juga dapat bahwa kita itu positif ASF," ujar Robert Dachi.
Dia menjelaskan, memang sejauh ini belum bisa diumumkan hasil lab tersebut. Pasalnya, yang berhak mengumumkan hasil lab itu positif ASF adalah Kementerian Pertanian.
Dikatakannya, sangat disayangkan di mana sebelumnya Kepulauan Nias secara umum adalah merupakan zona hijau terhadap virus ASF ini. Akan tetapi jebol, karena, kata dia, hal itu disebabkan adanya bibit babi yang didatangkan dari luar.
"Ini disebabkan karena adanya bibit babi yang didatangkan dari luar Kepulauan Nias, selain itu juga berasal dari peralatan ternak dan pakan ternak dari luar," katanya.
Lebih lanjut, Robert Dachi, menyarankan semua pihak, baik pemerintah, termasuk media untuk dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyebaran kematian babi ini agar tidak menambah kerugian perekonomian masyarakat.
Diteruskannya, sejauh ini obat penanganan virus ASF ini belum ada dan masih tahap proses penelitian. Maka pencegahan yang perlu dilakukan.
BACA JUGA: Sekitar 12.000 Ekor Babi Mati di Nias Sudah Pada Tahap Mengkhawatirkan
"Sampai saat ini ASF ini belum ada obatnya, jadi satu-satunya yang dapat dilakukan adalah pencegahan. Pencegahan disini ada dua jenis yakni menjaga kesehatan babi dengan nutrisi yang kuat dan kedua kebersihan kandang itu sendiri," tukas Robert Dachi.
Terkait langkah yang dilakukan Dinas Pertanian dengan tidak melakukan vaksinasi terhadap babi saat ini, Robert Dachi, menyebutkan bahwa langkah sudah tepat karena bila dilakukan vaksinasi terhadap babi yang masih mewabah maka akan menimbulkan penyakit baru.
Ia pun menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membuang sembarang tempat bangkai babi yang telah mati, karena hal itu, kata dia, dapat memudahkan penyebaran virus babi itu ke tempat lain, apalagi bila bangkai babi tersebut dibuang ke sungai, maka penyebaran wabahnya lebih mudah.
Maka, katanya, baiknya babi yang telah mati untuk dapat dilakukan penguburan sedalam 1 meter, selain menjaga lingkungan penyebarannya juga tidak mudah.