Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Akhirnya, Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyampaikan pidatonya dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2020, Sabtu 2 Mei 2020, yang disiarkan secara daring melalui kanal youtube Kemendikbud RI mulai pukul 08.00 WIB. Upacara peringatan Hardiknas kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Nomor 42518/MPK.A/2020 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2020. Kemdikbud menyelenggarakan Upacara bendera secara terpusat, terbatas, dan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Dalam pidatonya, Nadiem Makarim mengimbau supaya para guru belajar dari Covid-19, bahwa pembelajaran dapat dilakukan dimana saja. Imbauan juga disampaikan beliau kepada orang tua dan masyarakat, agar menumbuhkan empati terhadap guru dan solidaritas di tengah masyarakat di masa krisis ini.
Wabah covid-19 yang melanda 185 negara (versi gisanddata.maps.argics.com): 210 negara (versi www.worldometers.info/coronavirus) membawa dampak yang luar biasa terhadap semua sektor, baik pada sektor formal maupun informal. Pada awalnya kita menganggap sangat kecil kemungkinan virus di Wuhan akan ‘sampai’ ke Indonesia. Faktanya, pada awal bulan Maret, ditemukan 2 WNI yang berdomisili di Depok diketahui positif mengidap covid-19.
Korban covid-19 mulai berjatuhan, sehingga pemerintah segera mengeluarkan Keputusan Presiden tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat. Data terakhir yang dirilis Pusat Krisis Kemenkes per tanggal 2 Mei 2020 pukul 16.00 WIB, sebanyak 10.843 kasus terkonfirmasi: 1.665 kasus sembuh: 831 kasus meninggal: 235.035 ODP: 22.545 PDP. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa saat ini Negara kita tercinta tidak sedang baik-baik saja,
Salah satu sektor yang terkena dampak wabah covid-19 adalah sektor pendidikan, Ujian Nasional tahun 2020 dinyatakan batal, sesuai Surat Edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020. Berikutnya merujuk pada point B dari Surat Edaran tersebut yang mengharuskan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh.
Ada beberapa hal penting terkait program belajar dari rumah. Kegiatan pembelajaran difokuskan untuk memberi pelajaran yang bermakna bagi siswa, antara lain mengenai pandemik Covid-19. Selain itu, siswa tidak terbebani tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Hal ini akan menimbulkan dilema buat guru, karena diprediksi capaian kurikulum tidak tuntas.
Selanjutnya pada point C, tertulis bahwa aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah. Kedua point inilah yang menimbulkan ‘kegemparan dalam dunia pendidikan’. Betapa tidak, tak seorang pun yang pernah memprediksi akan terjadi wabah yang sedemikian dahsyat hingga memporakporandakan tatanan yang selama ini ada. Dan hari ini kita belajar hal baru dari Covid-19, bahwa kita harus siap menghadapi kondisi apapun yang samasekali tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Kembali pada point B dan C, proses pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran daring/ jarak jauh yang selanjutnya lebih dikenal dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kebijakan yang diambil oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah semata-mata untuk menyelamatkan puluhan juta nyawa, yang terdiri dari 28,5 juta jiwa siswa sudah termasuk 8,3 juta peserta UN, serta 2,6 juta jiwa guru.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Prof Unifah Rosyidi mengatakan bahwa pada saat wabah pandemi Covid-19 yang mengharuskan perubahan sistem pembelajaran dari kontekstual menjadi lebih dominan ke proses, semakin terasa jika peran guru tidak dapat digantikan oleh teknologi. Di sisi lain, para guru terbelah menjadi 2 kategori, kelompok pertama guru yang telah ‘ready’ kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan berbagai macam metode melalui jaringan internet atau dunia maya (cyberspace). Kelompok kedua adalah guru yang ‘kaget’, karena kurang memiliki ketrampilan untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Bagi guru-guru yang ready dengan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi ini, akan menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk menciptakan pola pembelajaran yang efektif, yang mampu menarik perhatian siswa, sehingga tidak merasa jenuh selama mengikuti proses pembelajaran jarak jauh. Tentu saja, hal ini harus didukung oleh tersedianya gadget pintar serta akses internet di kedua belah pihak, serta kedisiplinan.
Lantas, bagaimana dengan kategori guru ‘kaget’ dengan wabah Covid-19 yang berujung pada pembelajaran jarak jauh? Kegugupan dan kekagetan menghadapi wabah Covid-19 yang menerpa para guru type ini, karena merasa terbebani dan tertekan. Guru ‘kaget’ tidak mampu meredam gelombang kecemasan yang melanda masyarakat, terutama dunia pendidikan. Si guru akan menghujani siswa dengan berbagai tugas yang sedemikian banyak, sehingga siswa menjadi stress.
Di sebuah tempat, seorang siswa mengatakan bahwa gurunya memberi instruksi agar tetap mengaktifkan gadget dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Fakta yang paling memprihatinkan adalah ketika siswa memaksa orang tuanya untuk membelikan gadget hanya untuk memenuhi tugas yang dibebankan guru. Guru kaget yang tidak sigap menghadapi kondisi ini, sejatinya sedang memberikan contoh kepada siswa tentang ketidakmampuannya menyikapi dan mengambil hikmah dari sebuah krisis.
Selain dari dua kategori tersebut di atas, adalagi kategori guru gaptek, gagap teknologi. Data yang dirilis Pustekkom pada tahun 2018, sebanyak 1,8 juta guru masih gagap teknologi, tidak siap dengan kemajuan jaman yang menuntut perubahan dari waktu ke waktu. Guru gaptek dapat juga disebut guru abad 20 (lahir di bawah tahun 2000), masih berpegang pada paradigma lama, sehingga enggan untuk meningkatkan kualitas diri. Selain itu, kemampuan finansial yang terbatas juga merupakan faktor penyebab lainnya.
Akan tetapi, seperti apapun potret dunia pendidikan kita hari ini, semua pihak harus berkolaborasi untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional, baik guru, orangtua, masyarakat, Pemerintah, semua pihak harus memiliki visi dan misi yang sama.
Mari kita sahuti imbauan Mas Menteri Pendidikan, ayo belajar banyak hal dari Covid-19, agar generasi yang sedang kita didik hari ini akan tumbuh menjadi generasi kreatif, berkarakter, sigap, dan krisis terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi di masa depan. Selamat Hari Pendidikan Nasional, Selamat Belajar dari Covid-19!
===
Penulis Guru SMA Negeri 1 Kualuh Selatan/Guru SMA Muhammadiyah 9 Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG) dan data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan). Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]