Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Kebijakan di rumah aja (bekerja dan belajar dari rumah) akibat pandemi covid-19 pasti memunculkan kejenuhan bagi masyarakat. Segala kegiatan yang berpusat di rumah dalam tenggat waktu yang cukup lama dengan aktivitas yang berulang sudah pasti menimbulkan kebosanan dan kejemuan bagi seluruh anggota keluarga.
Kondisi demikian cukup riskan memantik emosi setiap individu. Jika tidak dapat mengontrol diri dan tidak mampu menciptakan suasana yang nyaman, maka akan mudah menyulut kekerasan dalam keluarga. Bisa berupa kekerasan dari laki-laki kepada perempuan, perempuan kepada laki-laki, atau dari orang tua terhadap anaknya. Namun, kekerasan terhadap perempuan masih mendominasi hingga saat ini.
Dari bulan Januari hingga 17 April, Komnas Perempuan menerima pengaduan (kasus KDRT) melalui email 204 kasus, melalui telepon 268 kasus, dan surat 62 kasus. Di Cina, yang merupakan pusat penyebaran covid-19 sedikitnya mencatat 300 pasangan mengajukan cerai sejak 24 Februari 2020, waktu dimulai berlakunya lockdown di negara tirai bambu tersebut. Di Spanyol nomor darurat untuk KDRT menerima aduan 18 persen lebih banyak di dua minggu pertama lockdown diberlakukan.
Jika demikian, bukan hal yang mustahil jika jumlah tersebut semakin bertambah seiring dengan lajunya peningkatan kasus covid-19 yang mewajibkan seluruh lapisan masyarakat untuk berdiam di rumah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman di masa pandemi berubah menjadi ancaman lain yang membahayakan.
Pemantik
Salah satu faktor yang memantik kekerasan adalah paradigma yang telah mendarah daging dalam tatanan kehidupan masyarakat patriarki yang dikenal dengan teori nature yang dipopulerkan oleh Carol Gilligan dan Alice Rossi (2003). Sebuah teori alamiah yang menempatkan martabat laki-laki di atas perempuan.
Maggie Humm dalam bukunya Dictionary of Feminist Theory (1990:308) menegaskan, secara biologis laki-laki dan perempuan memang memiliki perbedaan. Perempuan memiliki rahim yang mengalami haid, menstruasi, hamil, dan melahirkan sehingga memiliki timbal balik dengan alam karena sifatnya yang produktif. Sehingga perempuan dianggap sebagai produsen kehidupan yang baru
Berbeda dengan laki-laki yang bertindak sebagai pengeksploitasi alam. Nalurinya selalu ingin menguasai dan menjarah alam sesuai keinginannya. Hal inilah yang menyebabkan relasi kuasa dan ekploaitasi laki-laki kepada perempuan yang menyebabkan subordinasi perempuan. Kaum lelaki diidentikkan dengan kelas borjuis, sedangkan perempuan kelas proletar. Teori seperti ini menjadikan tindak kekerasan seolah insiden biasa dalam ranah privat tanpa harus mencuat ke permukaan publik.
Tentu ada faktor lain meningkatnya kekerasan di tengah pandemi ini, misalnya tingkat intensitas pertemuan antaranggota keluarga. Selama ini aktivitas anggota keluarga banyak terjadi di luar rumah, kemudian situasi berubah 180 derajat, yang mengharuskan bekerja di rumah. Maka, kondisi seperti ini mudah terjadi gesekan yang dapat menyulut emosi.
Selanjutnya beban kerja yang cukup banyak dengan tempat bekerja hanya di rumah. Bekerja di rumah memang tidak sefokus ketika bekerja di tempat biasanya. Banyak godaan yang cukup mengganggu orang tua dalam menyelesaikan pekerjaanya. Selain itu ditambah lagi dengan beban pendidikan anak yang yang berbasis online yang sudah tentu perlu sentuhan orang tua.
Kemudian masalah ekonomi. Kebutuhan finansial dalam keluarga menjadi aspek paling krusial dan sensitif. Apalagi di tengah pandemi seperti ini banyak para pekerja di-PHK yang sudah pasti akan menyebabkan terputusnya nafkah bagi keluarga. Kondisi seperti ini akan mudah mengundang amarah yang bisa menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga.
Langkah Preventif
Teori nature dalam masyarakat patriarki tidak bersifat permanen. Teori yang memprioritaskan laki-laki di atas perempuan sebenarnya telah usai. Kita tahu bagaimana peran Kartini menyuarakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan yang kala itu tidak memiliki hak untuk mengenyam pendidikan, dengan peran Kartini akhirnya bisa merasakan pendidikan yang sebelumnya hanya untuk kaum laki-laki.
Kartini telah memperjuangkan bahwa perempuan memiliki kesetaraan dengan kaum lelaki. Perempuan memiliki hak dan prioritas yang sama tanpa dibedakan oleh faktor biologis (teori nature). Adagium bahwa perempuan hanya berkutat pada dapur, sumur, dan kasur sudah tidak relevan dengan kemajuan zaman. Paradigma seperti ini harus dipahami oleh para lelaki yang kerap menjadi pelaku dalam kekerasan.
Tentu selain mengampanyekan emansipasi wanita di setiap peringatan Hari Kartini, dibutuhkan aksi nyata, perlu langkah preventif untuk membendung lajunya kekerasan yang umumnya menimpa kaum hawa. Langkah preventif paling dasar, yaitu menciptakan suasana yang nyaman dalam keluarga. Kondisi yang nyaman diawali dengan komunikasi yang baik antara anggota keluarga. Karena komunikasi adalah kunci utama untuk mencegah pertikaian. Jika komunikasi berjalan dengan efektif maka intensitas pertemuanpun tidak akan menjadi masalah yang serius.
Mengatur jadwal kerja dan mengisi hari-hari dengan beragam kegiatan kreatif dan inovatif. Pekerjaan orang tua yang beralih ke rumah tentu bukan perkara mudah, diperlukan jadwal yang terstruktur dan konsistensi yang tepat. Dengan penjadwalan program kerja yang baik akan tercipta ruang waktu yang terkonsep, sehingga jam kerja, berolahraga, membersemai anak, waktu istirahat dan lain-lain akan terlaksana sesuai porsinya.
Terakhir adalah pondasi agama. Keluarga yang berdiri di atas dogma agama yang kokoh tidak mudah diterpa dengan masalah apapun. Jika pondasi agama dalam keluarga sudah mengakar, maka permasalahan hidup akan dijalani dengan penuh kesabaran. Hilangnya pekerjaan bukan berarti lenyapnya kekuatan untuk beralih ke pekerjaan yang lain. Keyakinan kepada Tuhan menjadi cambuk bahwa Tuhan telah menakar rejeki dengan seimbang untuk hamba-Nya yang selalu bersabar dan berusaha. Jadi, masalah ekonomi tidak akan menjadi pemantik pertikaian dan tindak kekerasan bagi keluarga yang yakin atas kuasa Tuhan.
Jadi, manakala rumah menjadi ranah paling aman untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, jangan nodai dengan tindak kekerasan yang dapat mencederai anggota keluarga. Karena dalam kondisi apapun, keluarga adalah tempat kita kembali.
===
Penulis Pendidik di SMPIT Annur Cikarang Timur, Bekasi, Anggota Pendidik Penulis Bekasi Raya (PPBR).
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]