Saya tiba-tiba ingat pepatah lama, air beriak pertanda tidak dalam. Sebagai seorang yang berasal dari kampung, saya perhatikan ketika arus air sungai melalui daerah yang dangkal, banyak berbatu batu, akan terdengar suara gemerucuk air rada keras. Sungai bergelombang menimbukan suara gemuruh.
Media tampaknya menjadi “kawan” di era “di rumah saja.” Apalagi televisi. Tak cuma karena ingin mengetahui perkembangan terkini dari Covid-19, tetapi juga menjadi hiburan untuk melawan kebosanan berdiam di rumah.
Kota Medan mulai menggeliat. Sedikitnya, 24 hotel kembali dibuka pada Kamis, 4 Juni 2020. Tentu saja tetap mengindahkan protokol kesehatan meski penerapan kenormalan baru belum diberlakukan di kota ini. Tak hanya hotel, restoran anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Utara (Sumut) juga sepakat untuk kembali beroperasi.
Izin operasional pariwisata di Parapat, pintu masuk ke Danau Toba sudah dikeluarkan Bupati Simalungun, Jopinus Ramli (JR) Saragih. Dia pun sudah meninjau langsung persiapan penerapan new normal di Parapat, Minggu, 31 Mei 2020.
Prof Ni'matul Huda, guru besar Fakutas Hukum Uniiversitas Islam Indonesia (FH UII) Yogyakarta itu mungkin takut. Dia teleponi Dekan FH UII Abdul Jamil. Padahal masih sekitar subuh, Jumat, 29 Mei. Ni’ma bercerita merasa terancam dengan kedatangan sejumlah orang tak dikenal (OTK) yang menggedor-gedor rumahnya.
Amerika Serikat membara. Di sela-sela terpaan serbuan Covid-19 yang mencapai 1,793,530 kasus dan kematian 104,542 orang serta sembuh 519,569 per Sabtu, 30 Mei—tertinggi di dunia, eh, ribuan demonstran menyerbu perimeter Barclays Center di New York, seperti ditulis oleh Reuters pada Sabtu (30/5/2020) – dan dikutip Kompas.com di Jakarta.
Isu kehidupan normal baru atau new normal berembus. Kita terbayang perekonomian kembali bergulir. Namun ada yang mengganjal. Jangan sampai kebijakan new normal membuat kasus baru positif virus corona malah meningkat.
Duhai, Achmad Yurianto menjelaskan dengan bahasa sederhana. Juru Bicara Pemerintah Penanggulangan Covid-19 itu tampil sudah puluhan kali di depan televisi. Kata-katanya komunikatif. Maknanya tunggal dan tidak mutiftafsir. Bahwa masyarakat harus peduli dengan serbuan virus corona yang berbahaya itu.
Ketika BJ Habibie berkuasa pada 1998 silam, pertumbuhan ekonomi Indonesia hancur-hancuran digempur oleh krisis ekonomi. Sampai minus 13,8% pada 1998 silam. Namun di akhir kekuasaannya pada 1999, ekonomi bertumbuh 2%. Menaik sekitar 15%. Rupiah menguat dari Rp 16.800 menjadi Rp 6.500 per US$ pada 1999. Inflasi anjlok dari 77,6% menjadi 2%.
Apa gerangan yang terjadi dengan mayarakat kita? Sampai-sampai Presiden Joko Widodo memerintakan TNI dan Polri terjun mendisiplinkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19?
Jika saya tidak salah tafsir, new normal itu adalah gaya hidup baru. Tidak melakukan sesuatu sebelum pandemi Covid-19 adalah normal. Misalnya, berjabat tangan, malah cipika-cipiki jika bersua teman akrab. Tidak juga gemar berada di tengah krumunan seperti pasar, kafe dan lainnya. Malah suka mencuci tangan.
Sayup-sayup suara takbiran Idulfitri terdengar dari kejauhan. Kala itulah, Tina merindukan suaminya yang telah lama meninggalkan rumah. Pergi tanpa pesan. Tak berkabar berita pula.
Pusat perbelanjaan dan department store di Thailand dibuka kembali pada akhir pekan lalu. Ini setelah hampir dua bulan ditutup. Tapi bar, klub malam, bioskop, taman bermain, dan sarana-fasilitas olahraga tetap terlarang.
Ibadah puasa itu sangat pribadi. Tak bisa diwakilkan kepada orang lain. Bahkan, seorang anak tak bisa menggantikan kewajiban puasa bagi orang tuanya. Atau isteri menggantikan suaminya. Demikian juga dengan “kembali ke fitrah” pada hari raya Idulfitri adalah “kemenangan pribadi”.
Angka-angka itu melonjak. Dari semula sekitar 400-an hingga 500-an pertambahan mereka yang positif corona, bertambah menjadi 900-an pada Kamis, 21 Mei lalu. Mereka yang terjangkit Covid-19 pun tembus 20.000-an orang.
Kita masygul membaca berita penyelewengan dana bantuan sosial (bansos) Covid-19 di Provinsi Sumut. Menurut kepolisian, sudah ada 5 daerah yang diduga melakukan penyelewengan. Yakni, Medan, Siantar, Toba, Samosir, dan Deli Serdang.
Hari ini, 21 Mei 2020, kita ingat sudah 22 tahun rezim Soeharto lengser. Meskipun ada euforia atas jatuhnya rezim yang otoriter, duka nestapa juga mendera Indonesia. Banyak bank yang bangkrut, PHK merajalela, penjarahan massal, hingga inflasi yang mencekik dan kurs rupiah anjlok luar biasa.
Kita masygul meyimak tagar dan video 'Indonesia Terserah' yang ramai belakangan ini di media sosial. Inilah, narasi kekecewaan terhadap penanganan Corona di Indonesia.
Ada yang sudah mematuhi protokol kesehatan untuk memutus mata rantai persebaran Covid-19. Mereka selalu mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir. Memakai masker jika keluar rumah. Menghindari berada di tengah kerumunan hingga menjaga jarak dengan orang lain.
Kisah pembunuhan Jamaluddin, mantan hakim di Pengadilan Negeri Medan, ternyata terselip kisah asmara yang tragis. "Saya merasa tak terima dengan perlakuan Jamaluddin dengan sikapnya yang suka bermain wanita bahkan lebih parah dari suami pertama saya," ucap Zuraida.
Kita kaget ketika kepolisian berhasil membongkar skenario Erlina Boru Sihombing (54) atas pengakuannya dibegal, sehingga menyebabkan keempat jari kirinya putus. Ternyata warga Jalan AR Hakim, Gang Rahayu, Kecamatan Medan Area, Kota Medan tersebut berbohong agar mendapatkan asuransi untuk menutupi utangnya.
Open house di rumah para pejabat puncak rasanya tidak ada lagi. Termasuk di rumah para pemimpin bisnis, ketua partai politik atau tokoh terpandang. Lebaran pada 24-25 Mei 2000 tampaknya secara pisikal akan kurang semarak. Barangkali, begitulah kira-kira suasana lebaran demi untuk menghindari penularan Covid-19 yang masih mencemaskan.
Saya ingat Ketua Umum Dewan mahasiswa UI, Rama Pratama, memimpin demonstrasi mahasiswa menuntut Presiden Soeharto lengser. Mereka kepung gedung DPR-MPR. Tak ayal para wakil rakyat tak bisa melaksanakan Sidang Istimewa di Senayan untuk menjatuhkan Soeharto.
Alangkah dahsyatnya. Ratusan ribu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Sumatera Utara (Sumut) terdampak pandemi Covid-19. Ribuan koperasi di daerah ini juga terimbas dan terpuruk akibat bencana ini.
Kita bergembira semua elite politik kita mencintai negeri ini. Pertentangan politik pada masa kampanye Pilpres 2019 silam, tak berbekas ketika serangan wabah Covid-19 bergolak. Kritik-kritik kepada pemerintahan Jokowi pun relatif sangat tipis.
Bargot gamang membaca pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 hanya 2,97%. Salah satu penyebabnya karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat dari 5% di kuartal I-2019 menjadi 2% di kuartal I-2020.
Wow. Badan Anggaran DPR RI mengusulkan kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang hingga Rp 600 triliun. Tujuannya untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia dari akibat serbuan Covid-19. Padahal pemerintah sudah melakukan realokasi anggaran, termasuk untuk mengatasi wabah itu, dan akibat dampak ekonominya.
Saya masih kelas 3 Sekolah Rakyat (SR) – kini SD – pada 1958 silam. Kala itu, pemberontakan PRRI terhadap pemerintah pusat berkecamuk di Sumatera, tak terkecuali di kota Sibolga.
Saya ingat cerpen karya Umar Kayam berjudul “Saya Harus Puang” (Kumpulan cerpen Umar Kayam, Lebaran di Karet, di Karet, (Penerbit Kompas, 2002). Syahdan, Nem adalah seorang yang sudah lelah karena sudah 20 tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Dia ingin berhenti dari pekerjaannya agar bisa mudik ke kampung halaman.
Tiba giliran pemerintah membantu petani miskin sebesar Rp 600.000. Adapun kategori petani miskin, menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo adalah petani serabutan, buruh tani, dan petani penggarap. “Mereka ini yang dalam COVID-19 terdampak langsung," tutur Syahrul dalam konferensi pers virtual, Selasa (5/5/2020).
Ada potensi krisis pangan di tengah pandemi corona. Begitulah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan prediksi dari Food and Agriculture Organization (FAO) saat membuka rapat terbatas secara virtual, Selasa (28/4/2020).
Saya jelajahi di situs-situs berita, potensi perputaran uang ke daerah pada mudik Lebaran 2019 tahun lalu hampir mencapai Rp 60 triliun. Syahdan, jumlah pemudik Lebaran 2019, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 14,9 juta orang. Jika setiap orang rata rata membawa uang ...
"So what? Maafkan saya tapi apa yang Anda ingin saya lakukan?" kata Presiden Brasil Jair Bolsonaro ketika ditanya wartawan tentang korban tewas corona yang telah melebihi 5.000 jiwa warga Brasil, lebih banyak dari Cina.
Syahdan, pemerintah mengalokasikan dana khusus penanganan Covid-19 sebesar Rp 405,1 triliun. Antara lain, Rp75 triliun untuk bidang kesehatan. Rp 110 triliun untuk social safety net (jaring pengaman sosial). Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR. Masih ada Rp150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional, termasuk restrukturisasi ...
Kebahagiaan mudik seperti tahun-tahun lalu tinggl kenangan. Apalagi tahun lalu di banyak wilayah, jalan tol sudah beroperasi. Mobil meluncur cepat, penumpang enjoy. Pundi-pundi para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan karyawan swasta yang memperoleh gaji dan THR pun rada lumayan. Bagi orang-orang kaya, pastilah nyaman. Malah ada yang mampu naik pesawat jet berbiaya sekitar ...
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya
("Cintaku Jauh di Pulau" karya Chairil Anwar)
Alkisah, warga Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara gempar. Sabtu malam (25 April 2020), mereka menerima pemberian nasi bungkus bertuliskan 'Nasi Anjing.' Berrlogo kepala anjing dan disertai tulisan 'Nasi Anjing, Nasi Orang Kecil, Bersahabat dengan Nasi Kucing #Jakartatahanbanting'.
Bagi orang awam seperti Markesot, mungkin bisa berkomunikasi dengan pengemis atau gelandangan. Tapi belum tentu bisa berdialog dengan seorang bupati. He-he, apalagi dengan seekor burung.
Ada kabar mengharubiru dari kampung kota. Istilah ini adalah untuk menyebutkan perkampungan dalam kota. Hubungan antarpribadi masih erat seperti di pedesaan. Padat penduduk, dan umumnya bekerja di sektor informal.
Saya gembira Pemko Medan menyiapkan anggaran Rp100 miliar untuk mereka yang terdampak Covid-19. Juga bersyukur karena ternyata orang pribadi, perusahaan, institusi, organisasi masyarakat, partai politik, ikut berpartisipasi. Mereka antusias membantu mereka yang pendapatannya tergerus karena wabah corona.
Kita menyaksikan Covid-19 menyerbu perkotaan dan nyaris tidak menyentuh pedesaan. Angka mereka yang terinfesi virus corona di Jakarta misalnya menunjukkan 3.599 pasien positif corona dari 8.211 orang secara nasional, per Jumat (24/4/2020).
Corona menjelma menjadi pusat perhatian publik. Berita media massa, cetak dan ekektronik tak henti-hentinya menyiarkannya. Isu yang selama ini top news, seperti kasus korupsi, RUU Omnibus Law, dan pemindahan ibukota tergusur. Covid-19 benar-benar bak pameo berita, ”orang menggigit anjing”.
Sejarah baru telah tiba. Ketika puasa Ramadan dimulai 24 April, inilah, untuk pertama kalinya salat tarawih tak dilakukan secara berjamaah di masjid-masjid. Setidaknya jika mengacu kepada seruan MUI yang mengimbau agar umat melaksanakan salat tarawih di rumah masing masing untuk memutus persebaran virus corona.
Jemu stay at home. Lalu, sekitar 2.500 warga di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/4), menghambur ke jalanan. Mereka berunjuk rasa menolak lockdown yang diperintahkan oleh Gubernur Jay Inslee.