Menjadi kepala daerah itu serba besar. Wewenangnya besar. Tanggung-jawabnya juga besar. Kenikmatannya juga besar. Walau gajinya terbilang kecil, tetapi tunjangan dan fasilitasnya besar. Tapi peluang dan tantangannya juga besar. Bisa dua periode, namun bisa juga tak sampai satu periode karena tersandung kasus korupsi.
Presiden Soekarno mengeluarkan Dektrit Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan konstituante produk Pemilu 1955. Di masanya juga Koes Bersaudara dipenjarakan karena menyanyikan lagu-lagu The Beatles dan Elvis Presley. Mochtar Lubis, pemimpin Harian Indonesia Raya masuk penjara tanpa proses hukum karena gemar mengkritik kekuasaan.
Syahdan, Bakir, seorang pegawai kecil yang sudah tua di Jakarta. Karena susah payah membiayai keluarganya, maklum gajinya kecil, dia mulai tergoda untuk korupsi. Mula-mula dia menjual benda milik kantor dengan harga Rp 20.000. Tapi isterinya, Mariam, protes.
Maaf, adakalanya di belakang seorang koruptor, ada isteri yang kemaruk. Bukan generalisasi. Tapi kisah itulah yang tersibak dalam novel L’Homme Rompu (Lelaki yang Patah) karya Tahar Ben Jelloun, seorang penulis Perancis asal Maroko. Meski beredar pada 2010, tapi tampaknya masih relevan hingga sekarang.
Di mana saja, kapan saja, asyik dengan gadget. Misalnya, saat orang menunggu penerbangan di bandara. Juga saat menyeruput kopi di kafe. Uniknya, sepasang orang muda yang pacaran di taman pun asyik dengan gadget. Bukannya bercengkerama dengan romantis.
Bagaikan mem-breakdown ucapan Bung Karno, “beri aku 10 pemuda, aku akan menggoncang dunia”, Presiden Joko Widodo juga mengangkat tujuh staf khusus dari kalangan anak muda. Dia pun telah memperkenalkannya kepada publik dalam suatu acara di tangga istana kepresidenan, Sabtu, 23/11 silam.
Anda pasti jarang, jika tak pernah, melihat orang jalan kaki sebagai moda transportasi di kota Medan. Jika bukan naik angkot, betor, motor roda dua, pastilah menggunakan jasa transportasi online atau kenderaan pribadi. Beberapa juga ada yang naik sepeda.
adinya kapal penangkap ikan hilir mudik di lepas pantai barat Sumatra Utara di Samudera Indonesia. Tapi sekarang sepi. Jikapun ada pukat cantrang yang beroperasi, pastilah dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana sih mengukur keberhasilan seorang gubernur, bupati dan wali kota? Saya kira lihatlah setelah lima tahun dia berkuasa. Apakah dia mampu menciptakan kenangan manis bagi rakyatnya di masa depan?
Sopir angkot itu tiba-tiba melakukan zigzag, belok ke kiri dan kanan mendadak sontak. Sehingga para penumpang oleng ke kiri dan ke kanan. “Waduh, kita diperlakukan bagai barang, bukan orang,” keluh seorang penumpang.
Medan di zaman Guru Patimpus (1590) adalah kampung. Kini telah menjadi kota metropolitan. Medan dulu adalah Paris van Sumatra. Bersih, sistem drainasenya bisa menyedot hujan selebat apapun. Kini? “Sungai-sungai” mendadak suka muncul di beberapa pojok kota setiap kali turun hujan lebat.
Memang aneh. Pemilihan kepala daerah: gubernur, bupati, walikota- dalam Pilkada itu bernafas demokrasi sejati. One man one vote. Tapi, karena berbiaya tinggi, banyak kepala daerah yang terjerat kasus korupsi karena keinginan mengembalikan modal saat Pilkada.
Apa kabar Festival Danau Toba (FDT) 2019? Saya baca di website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara akan berlangsung pada 10-11 Desember di Parapat, Simalungun. Acaranya, antara lain lomba fotografi, lomba Ucok dan Butet, Running 10 K, Lomba Vokal Group, Lomba Paduan Suara dan sebagainya.
Saya pikir-pikir, kabupaten dan kota di Sumatera Utara harus mempunyai identitas perekonomian yang khas. Tidak meraup segala-galanya, atau latah meniru daerah lain. Masing-masing daerah harus mempelajari potensi ekonominya, dan itulah yang difokuskan.
Partai Golkar ini memang “oye.” Sebagai partai tertua, penampilannya tetap menarik. Kamis (14/11) hingga Jumat (15/11), partai berlambang pohon beringin ini melakukan Rampimns di Jakarta, dan memutuskan akan menyelenggarakan Munas pada 3-5 Desember 2019, saat ketua umum baru dipilih.
Hanya 5 menit Anda mencoblos di bilik suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tapi hasilnya, lahirlah presiden dan wakil presiden yang legitimate selama 5 tahun. Termasuk anggota DPR RI dan DPRD provinsi dan kabupaten-kota di seluruh tanah air. Inilah, “tuah” demokrasi. Bukan sulap ala abrakadabra.
Medanbisnisdaily.com-Langkat.Wah, giliran masyarakat Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yang bermukim di pinggiran/bataran atau Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Wampu di Kecamatan Stabat dan Tanjung Pura, Rabu (13/11/2019) siang hingga malam geger. Mereka membicarakan, adanya beberapa ekor bangkai babi yang mengapung dipermukaan air sungai Wampu.
Saya mencoba mencari-cari pembenaran, tapi sia-sia. Tak ada alasan yang rasional, yang diangguki oleh akal sehat dan diterima hati nurani untuk membenarkan tindakanmu. Betapa tidak? Bahkan terhadap nyawamu sendiri engkau tidak menaruh cinta. Apalagi terhadap jiwa orang lain.
Saya kangen adanya sekuntum harapan, seperti pernah dinikmati masyarakat Amerika Serikat ketika negara itu dililit depresi besar 1930-an. Saya membayangkan new deal (kesepakatan baru) yang dicetuskan oleh Franklin Delano Roosevelt saat diangkat sebagai Presiden AS ke-32 pada 1932, 87 tahun silam.
Pelukan telah naik kelas, Saudara! Tak hanya menandai persahabatan, tetapi juga bermakna politis. Kesan itu yang mencuat dalam perayaan HUT ke-8 Partai NasDem, di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran Jakarta, Senin (11/11/2019) malam.
Perbincangan mengenai wakil menteri (Wamen) menghangat lagi. Setelah Presiden Jokowi melantik 12 Wamen, terbetik kabar Presiden akan mengangkat enam Wamen lagi.
“Engkau tahu enggak ada sesuatu yang baru dalam jagat politik kita?” ujar Bargot kepada rekannya Porjan di suatu taman di kota ini. “Tidak. Apa sih?” tanya Porjan.
Kita terkadang terlalu “mendewakan” infrastruktur. Misalnya, mengapa kunjungan turis ke Danau Toba belum melimpah ruah, karena waktu tempuh dari Medan ke Parapat sejauh 180 kilometer memakan waktu 5 jam. Karena itu muncullah rencana jalan tol, sehingga jarak tempuh tak sampai 2 jam. Peranan Bandara Silangit pun disebut-sebut cukup berperan.
HUT ke-55 Partai Golkar di Hotel Sultan Jakarta, Rabu (6/11/2019), tiba-tiba menjadi “panggung humor.” Katika menyapa satu per satu tokoh yang hadir, dan saat tiba giliran Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem, Presiden Jokowi pun berkelakar dalam pidatonya.
Kejengkelan Presiden Jokowi tampaknya sudah sampai di “ubun-ubun. ” "Puluhan ribu-ratusan ribu cangkul yang dibutuhkan masih impor. Apakah negara kita yang sebesar ini industrinya yang sudah berkembang, benar cangkul harus impor. Enak banget itu negara yang barangnya kita impor," tutur Jokowi dalam Pembukaan Rakornas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ...
Sejak selepas subuh yang dingin, petani karet di Kecamatan Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) sudah menyadap getah. Tapi, eh, harga karet kini turun menjadi Rp 6.500-Rp 7.500/kg dari semula Rp 7.500-Rp 8.000-an/kg. Padahal, hanya jika harganya di atas Rp 10.000/kg, barulah mereka bisa bernafas lega.
Saya bercerita lagi tentang Sungai Barumun, Dulu airnya dalam, apalagi di zona lubuk. Tapi kini sungai yang melintasi kecamatan Barumun dan Barumun Tengah di Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta) itu telah kehilangan kharismanya.
Saya ingat lagi Lubuk Parira di hulu Sungai Sarudik, Tapanuli Tengah di masa remaja di tahun 1960-an dulu masih dalam. Dari tebing sungai yang tinggi, saya dan teman sebaya biasa “lompat Belanda” -- loncat indah -- dan kecemplung ke sungai. Eh, jika sekarang dilakukan akan terhempas ke batu di dasar sungai yang sudah dangkal.
APBD untuk rakyat, tak lagi perlu diperdebatkan. Tinggal bagaimana melaksanakannya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lagi pula gampang mengetahuinya.
Siapakah pemimpin itu? Saya kira tidak hanya Jokowi dan Ma’ruf Amin. Kalau di daerah ini, bukan hanya Edy Rahmayadi, Achyar Nasution, serta para bupati dan walikota lainnya di provinsi ini.
Porsi politikus dan profesional yang duduk sebagai menteri dan ketua lembaga setingkat menteri dalam Kabinet Indonesia Maju itu 17 berbanding 21. Sementara wakil menteri 5 berbanding 7. Wow, ada 22 orang yang berasal dari politikus dan 28 orang yang berlatar profesional.
Saya salut menyimak kesepahaman Partai NasDem dan PKS, Rabu (30/10/2019),di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Kedua partai yang berseberangan dalam Pemilu dan Pilpres 2019 tersebut saling menghormati pilihan politik masing-masing untuk memperkuat fungsi pengawasan di DPR dan memperkuat demokrasi.
Dia berpidato tanpa teks. Tapi isinya masih relevan hingga sekarang. Jangan kaget jika pidato itu disampaikan Presiden Soeharto pada 19 Juni 1971, saat meresmikan Pasar Klewer, Solo, 48 tahun yang silam.
Saya terkenang Bang Burhan Piliang ketika membaca cuitan Yan Amarni Lubis di facebook, Minggu (27/10) lalu. Yan, seniman teater dan fim itu menulis tentang lima anak muda, Burhan Piliang, Mazwad Azham, Rusly Mahady, Iskak S, dan Sori Siregar yang mendirikan Teater Naional (TENA) Medan pada 28 Oktober 1963, 56 tahun yang silam.
Di usia 17 tahun, saat kelas 1 di AMS Solo ia telah menjadi Ketua Indonesia Muda pada 1927. Kemudian tercetuslah Sumpah Pemuda 1928. Ternyata dia tak hanya seorang penyair yang menulis kumpulan sajak “Buah Rindu” dan “Nyanyi Sunyi” tetapi juga seorang tokoh pergerakan penting nasional.
Di sana Presiden, di sini Pemimpin Redaksi (Pemred). Wakil Presiden (Wapres) padanannya Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred). Menteri Koordinator (Menko) layaknya Redaktur Pelaksana (Redpel). Menko membawahi sejumlah menteri. Redpel mengkordinasikan sejumlah redaksi, penanggungjawab rubrik. He-he, kira-kira redaksi pun setara dengan menteri.
Suatu malam di awal Maret 1978, Presiden Soeharto memanggil Alamsjah Ratu Prawiranegara. “Saya akan menunjuk Saudara sebagai Menteri Agama,” kata Soeharto. Alamsjah sangat terkejut. Maklum, dia sudah lebih dari 20 tahun berkecipung di duna militer.
Kabinet Jokowi Jilid II sudah dilantik Rabu (23/10) lalu. Syahdan, lima tahun ke depan, pemerintahan akan fokus kepada pembangunan infrastruktur dan investasi. Yang menggembirakan juga akan memprioritaskan Sumber Daya Manusia (SDM).
Syahdan, ada empat tokoh yang menjadi menteri di pemerintahan, yang memulai kariernya dari Kota Medan. Yang teranyar adalah Yasonna H Laoly. Putera Nias kelahiran Sorkam, Tapanuli Tengah, 67 tahun silam itu kembali menjadi Menteri Hukum & HAM di kabinet Jokowi jilid II. Kabar itu terungkap setelah kader PDIP ini dipanggil Presiden Jokowi, Selasa (22/10/2019).
Gaya Presiden Joko Widodo mengenalkan calon menteri sangat unik. Dia panggil sejumlah tokoh ke Istana Negara sejak Senin (21/10). Kemudian berbincang-bincang tanpa memutuskan tokoh yang dipanggil menjadi menteri apa dalam Kabinet Jokowi jilid II. Publik pun penasaran menunggu pengumuman resmi yang dijanjikan Jokowi pada Rabu (23/10) mendatang.
Bukannya mengabaikan sikap nasionalis dan menonjolkan daerahisme. Tapi terbersit juga dalam pikiran, adakah gerangan orang Batak kelak ikut duduk dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin jilid II?
Siapakah gerangan para menteri kabinet Jokowi jilid II? Syahdan, Jokowi akan mengumumkannya, mungkin, Selasa (22/10/2019), setelah dilantik bersama Wapres Ma’ruf Amin pada Minggu (20/10/2019).
Apa gerangan dampak ditetapkannya Wali Kota Dzulmi Eldin menjadi tersangka dugaan suap oleh KPK, Rabu (16/10/2019)? Saya berharap semoga warga kota ini tak kapok memilih calon wali kota dan wakil wali kota pada September 2020.
Kebanggaan kita sebagai “orang Medan” mungkin agak meredup. Perasaan itu barangkali menyergap banyak warga kota ketika mendengar Wali Kota Medan Dzulmi Eldin terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) dalam kasus dugaan suap yang dilakukan oleh KPK, Selasa malam (15/10/2019).
Tak kepalang. Duit akan mengalir triliunan rupiah ke kawasan Toba Caldera Resort di lahan zona Otorita Danau Toba, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir. Peresmian sudah dilakukan Senin (14/10/2019), yang didanai oleh 7 investor. Tahap awal saja direalisasikan Rp 2 triliun dari total Rp 6,1 triliun. Sisanya Rp 4,1 triliun akan cair secara bertahap.