Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Medan. Pada April 2017, Sumatera Utara kembali mengalami deflasi. Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara mengalami deflasi dan lebih dalam dari bulan sebelumnya, yaitu mencapai -0,43% (mtm).
Sementara, pola musimannya inflasi 5 tahun terakhir selalu mengalami inflasi rata-rata tercatat sebesar 0,44%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Arief Budi Santoso mengungkapkan, deflasi tersebut terutama didorong oleh kelompok volatile food, terutama beberapa komoditas, seperti cabai merah,daging ayam, bawang merah, dan cabai rawit yang secara historis menjadi komoditas penyumbang inflasi pada bulan puasa/lebaran.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pasokan relatif terjaga dan merupakan perkembangan yang positif, khususnya menjelang musiman puasa dan lebaran. Terjaganya pasokan beberapa bahan pangan terus berlangsung sejak awal tahun hingga April 2017, dimana pada bulan ini kelompok volatile food (VF) deflasi sebesar 2,62% (mtm). Deflasi tersebut cukup dalam dibanding rata-rata historisnya selama 3 tahun terakhir yang mengalami inflasi sebesar 0,73% (mtm).
"Sampai dengan akhir April 2017, harga cabe merah telah mengalami deflasi sebesar 58,8% (ytd)," ungkapknya, di Medan, Rabu (3/5).
Selain itu, rendahnya inflasi VF juga didukung oleh harga beras yang stabil, yang pada bulan April tidak mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi VF mencapai 3,8%, jauh menurun dibanding di awal tahun yang mencapai 10,05%.
Secara spasial, disparitas inflasi masih terlihat. Di satu sisi, deflasi terjadi di Kota Medan 0,53% (mtm) dan Pematangsiantar 0,17% (mtm), sementara di sisi lain Kota Sibolga dan Padangsidempuan mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,25% (mtm) dan 0,21% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara di 2017 diperkirakan terkendali pada sasaran inflasi 4%±1% (yoy).
Dalam kaitan ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sumatera Utara akan berkomitmen untuk menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pokok, terutama memasuki bulan puasa dan lebaran. Selain itu, TPID juga menyiapkan langkah antisipatif terkait risiko inflasi penyesuaian administered prices. (daniel pekuwali)