Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis – Medan. Haranggaol, merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Simalungun, berada di lembah yang indah dan mempesona, memiliki pantai pasir putih mungkin yang terpanjang di Kawasan Danau Toba (KDT). Haranggaol juga dibentengi pebukitan dinding kaldera Toba yang sangat kuat.
Di lembahnya, ada beberapa kampung yang dikelilingi persawahan dan perladangan yang sangat subur dengan pengairan yang sangat cukup disediakan dinding kaldera Toba-nya.
Kawasan ini adalah salah satu area perdagangan yang paling ramai di KDT, yang ditempuh dengan kapal. Daerah ini juga sebagai pusat pasar atau onan yang menjual hasil pertanian para petani.
"Panjang pantai pasir putih Haranggaol ini kira-kira 4 km. Dari kunjungan kami tanggal 23 Juli 2017 kemarin, yang bisa kami lihat dan amati langsung di lapangan dan menemukan beberapa permasalahan," ujar Wakil Ketua Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP-GKT), Mangaliat Simarmata kepada medanbisniadaily.com, Senin (25/7/2017)
Di antara permasalahan tersebut, antara lain, 2/3 dari pantai masih ditutupi kerambah ikan. Pantainya banyak ditumbuhi eceng gondok.Selain itu, pantai pasir putih yang indah tersebut sudah sangat jorok dan asal didirikan pondok-pondok untuk tempat pekerja kerambah dan pakan ikan.
Kemudian, lanjutnya, dermaga yang ada juga terkesan sudah lebih banyak digunakan truk-truk pengangkut ikan dari kerambah. Sepanjang jalan di pantai Haranggaol juga tampak sangat jorok dan sebagian di tepi jalan terdapat banyak tumpukan drum.
"Ada gudang apa adanya tempat pakan ikan tempat mondok para pekerja kerambahnya," ujarnya.
Diperparah lagi, lanjutnya, menurut keterangan masyarakat setempat, Haranggaol ini sudah sangat jarang dikunjungi turis sejak ramai kerambah ikan itu. Apalagi, jalan ke Haranggaol dari simpang jalan lintas Merek - Simarjarunjung - Parapat, di mana jalannya sampai ke pantai kampung Haranggaol telah lama rusak parah.
Mayoritas penduduk Haranggaol adalah para petani, sehingga hanya sedikit masyarakat setempat punya kerambah. Kebanyakan dimiliki orang kaya luar daerah, karena sangat mahal modalnya untuk para petani setempat.
"Sebenarnya ada plank yang dengan gagahnya tertulis 'AIR DANAU TOBA SIMALUNGUN ADALAH SUMBER KEHIDUPAN MARI KITA LESTARIKAN' di tepi jalan, maka setiap orang yang melewatinya pastilah membacanya. Sementara di belakang plank tersebut pantainya di penuhi kerambah. Miris membacanya," ungkapnya.