Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Perekonomian nasional dinilai masih membutuhkan banyak pendanaan dari luar negeri. Hal ini karena sektor keuangan dalam negeri masih belum mencukupi untuk mendanai kebutuhan pembangunan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan ketersediaan dana di perbankan nasional hanya 35% dari produk domestik bruto.
"Ekonomi kita adalah ekonomi yang membutuhkan dana atau investasi dari asing, sektor perbankan hanya 35% dari PDB tidak akan sanggup membiayai negara, masih terlalu kecil," kata Mirza dalam acara Seminar Nasional 'Mendorong Peran Industri Hulu Pada Perekonomian Indonesia' di Gedung BI, Kamis (3/8).
Dia menambahkan industri keuangan non bank seperti asuransi, reksa dana hingga pasar modal jika digabungkan maka belum mencapai 100% dari PDB. Karena itu dibutuhkan pendanaan dari luar negeri.
Mirza menjelaskan, untuk masuk ke pendanaan Indonesia, pihak asing akan melihat kondisi makro ekonomi nasional. "Mereka juga melihat bagaimana apakah makro Indonesia masih sehat atau tidak untuk diberikan pendanaan. Karena itu kami di BI terus berusaha bagaimana menjaga keseimbangan ini," jelas dia.
Menurut dia, investor luar negeri bisa masuk ke Indonesia melalui fund manager, surat utang negara, obligasi korporasi atau kredit luar negeri kepada bank atau korporasi.
"Mereka terus memantau bagaimana rasio makro ekonomi Indonesia apakah sehat dan pruden untuk didanai. Kami berdedikasi untuk mengelola keseimbangan makro ekonomi bagaimana bisa membangun industri namun tetap menjaga defisit ekspor impor barang dan jasa agar tetap di level yang sehat," tambah dia.
Mirza menceritakan ekspor dan impor barang jasa sempat tidak mengalami defisit yakni pada periode lonjakan harga komoditas. Namun setelahnya, RI selalu mengalami defisit. "Sekarang tugasnya adalah bagaimana mengelola defisit agar tidak terlalu besar," ujarnya. (dtf)