Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Setiap orang tentu memiliki keinginan dan cita-cita yang besar bagi kehidupannya. Namun, ada sebagian orang yang memiliki cita-cita demi kehidupan orang banyak.
Ahmad Ramadhan merupakan mantan Kepala Kepolisian Resort (Kapolres), Kapolres Toli-Toli selama 2 tahun (2009-2011) dan sebagai Kapolres Palu, Sulawesi (2011-2013). Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau sejak Mei 2016.
Ramadhan, panggilan akrabnya, kelahiran Tanjungkarang, Lampung, 2 Desember 1969 adalah anak ke-2 dari 6 bersaudara. Telah menikah dan memiliki 4 orang anak. Pekerjaan orang tuanya sebagai pensiunan Pegawai Negeri Sipil, membuatnya cukup akrab dengan pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat.
Keprihatinan dan kepeduliannya terhadap nasib para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) membuatnya antusias dalam melaksanakan penugasan dari instansi induknya (Polri). Ramadhan bertekad membantu dalam mengayomi para TKI melalui jabatan sebagai Kepala BP3TKI.
Ramadhan mengawali karirnya di BNP2TKI sejak ditugaskan oleh pimpinan Polri sebagai Kasubdit Pengamanan di Direktorat Pengamanan dan Pengawasan. Dia lalu menjadi Deputi Bidang Perlindungan BNP2TKI hingga akhirnya menjadi Kepala BP3TKI Tanjung Pinang.
Tentu dengan jabatan barunya, Ramadhan berharap dengan keberadaannya ikut berkontribusi dalam mengatasi dan memberantas praktik-praktik penempatan TKI secara non prosedural. Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik bagi bapak dari empat anak ini untuk terus memperjuangkan nasib para TKI.
Bagi sebagian orang, posisi sebagai anggota Polri tersebut sudah cukup nyaman. Apalagi sudah pernah menduduki jabatan sebagai pimpinan Kepolisian Resort, sehingga dia tidak lagi berjuang untuk meraih gelar pendidikan yang lebih tinggi.
Namun Ramadhan lebih memilih melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah menyelesaikan Sarjana Ilmu Kepolisiannya di PTIK Jakarta, ia melanjutkan ke S2 (strata dua) Ilmu Hukum, di Universitas Muslim Indonesia Makassar (2010-2012).
Ramadhan tidak berhenti pada jenjang masternya saja, tetapi kemudian memutuskan untuk mengejar gelar doktor. Program studi yang diambilnya adalah Doktor Ilmu Hukum dengan konsentrasi Hukum Pidana di universitas yang sama.
Tidak semua orang mampu meraih pendidikan yang paling bergengsi ini, selain karena faktor kesempatan juga faktor pembiayaan. Hanya segelintir orang saja yang bisa memperoleh gelar 'emas' seperti ini.
Ramadhan mengaku bersyukur dengan jenjang jabatan yang sudah diraihnya di lembaga kepolisian. Namun, dengan tekad yang bulat dan dukungan penuh dari istri dan anak-anaknya, ia melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi dan lulus dengan predikat terbaik.
Ramadhan menyadari dalam memperoleh keberhasilan ini tentu melewati proses yang cukup panjang dan menguras banyak waktu. Materi serta tenaga. Dengan penugasannya di BNP2TKI, ia harus membagi waktu antara urusan kedinasan, perkuliahan dan keluarga.
"Tantangan terberat adalah masalah jarak lokasi kuliah yang berada di Makassar. Ketika awal tahun 2013 saya dimutasikan ke Mabes Polri. Perkuliahan yang jauh antara Jakarta ke Makassar, selain itu juga harus ekstra biaya karena jadi mahasiswa terbang. Namun karena motivasi dan dorongan dari sang isteri tercinta, Hj Kurnia Tina, SH yang selalu memberikan dorongan, serta rekan-rekan mahasiswa S3 angkatan 11 Ilmu Hukum, maka saya lanjutkan walaupun sempat tertunda," ungkap Ramadhan dengan penuh syukur.
Tentu saja, dukungan dari keluarga, sahabat dan orang-orang sekitarnya menjadi salah satu faktor penting keberhasilan Ramadhan. Harapannya, apa yang sudah diraih bisa bermanfaat bagi dirinya dan keluarga serta orang banyak.
"Seperti kata pepatah, ilmu yang tidak dimanfaatkan sama seperti pohon yang tidak berbuah," ujarnya sedikit berfilosofi.
Sepanjang menjalankan penugasannya sebagai Kepala BP3TKI Tanjung Pinang, ia termotivasi untuk bersama-sama dengan SDM yang ada dan instansi terkait lainnya untuk ikut berkontribusi dalam mengatasi masalah penempatan dan perlindungan terhadap TKI.
Hal ini karena, Ramadhan melihat perjuangan para TKI yang rela meninggalkan keluarga dan kampung halamannya untuk mencari nafkah di luar negeri. Ini merupakan pengorbanan yang luar biasa, yang dilakukan para TKI untuk tidak sekedar mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka, tetapi lebih dari itu untuk membangun harapan hidup yang lebih sejahtera.
Menurut Ramadhan, tidak sedikit dari para TKI yang merasa haknya dirampas, tidak digaji, mengalami tekanan, menjadi korban penganiayaan majikan, korban pelecehan seksual atau permerkosaan bahkan menjadi korban eksploitasi dan perdagangan. Ini yang menjadi hal mendasar untuk harus concern terhadap praktik-praktik perdagangan manusia yang sering dialami oleh para TKI.
Kabag Humas BNP2TKI, Dr Servulus Bobo Riti mengungkapkan misi dan kerja keras Dr Ramadhan ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak orang yang menyadari betapa pentingnya menjalani hidup dengan penuh ketekunan, kesabaran dan semangat juang yang tinggi disertai rasa syukur dalam mengemban tugas pengabdian kepada bangsa dan negara. (dtc)