Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Banda Aceh Aceh yang berada di ujung Pulau Sumatera rawan penyeludupan narkotika jenis sabu-sabu dan ganja. Bahkan, dari 23 kabupaten dan kota di Aceh, ada 11 yang memiliki ladang ganja. Sedangkan sabu-sabu juga masuk melalui sejumlah pelabuhan tikus yang ada di sana.
“Aceh rawan jalur penyeludupan narkoba, khususnya sabu yang masuk dari sejumlah pelabuhan tikus yang ada,” kata anggota Komisi III (Hukum dan HAM) DPR RI, Nasir Djamil kepada wartawan, Sabtu (5/8/2017), di Banda Aceh.
Menurut dia, kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan mengancam generasi muda, serta akan memperburuk status Aceh sebagai daerah yang melaksanakan syariat Islam.
“Untuk itu, kita berharap agar pemda setempat dapat memberikan perhatian yang serius terkait peredaran narkoba. Jika tidak maka jangan kaget kalau nanti Aceh menjadi surga dunia bagi bandara dan penikmat narkoba,”ungkap Nasir Djamil.
Begitu pun, katanya, masuknya narkoba ke Aceh lebih banyak melalui jalur laut, terutama dari Malaysia yang melintasi Selat Malaka. Daerah-daerah yang posisinya dekat dengan Malaysia adalah tempat yang mudah dimasukin narkoba.
“Petugas di laut masih minim dan masih banyaknya pelabuhan tikus membuat sabu-sabu begitu leluasa masuk ke daratan Aceh,” ujar anggota DPR RI asal Aceh tersebut.
Apalagi, jelasnya, masih minimnya aparat dan fasilitas lainya, BNNP Aceh diminta untuk semangat menuntaskan kasus-kasus yang sedang mereka tangani.
“Inovasi memberantas narkoba tidak boleh berhenti meskipun minim fasilitas. Karenanya mengajak masyarakat agar peduli dan menumbuhkan para relawan menjadi pelaku pemberantasan narkoba,” terangnya.
Sebelumnya, Nasir melakukan pertemuan dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, Jumat (04/08/2017). Ia berupaya untuk meyakinkan BNN Pusat agar segera mengatasi hambatan dan kendala BNNP Aceh dalam memberantas narkoba.
Soalnya, kata Nasir, untuk Aceh masih ada 14 kabupaten/kota lagi yang belum terbentuk BNN.
“Nanti saya sampaikan bahwa BNNP Aceh butuh tenaga polisi, senjata, personel di BNN daerah, dan minimnya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan interdiksi. Semoga tahun 2018 sudah ada perubahan,” pungkas Nasir Djamil.