Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Pasokan gas untuk pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Tambak Lorok di Semarang, Jawa Tengah, terancam habis. Selama ini gas untuk PLTGU Tambak Lorok dipasok dari Lapangan Kepodang. Masalahnya, cadangan gas di Lapangan Kepodang ternyata tidak sebesar yang diperkirakan.
Dalam Plan of Development (PoD), Lapangan Kepodang rencananya memproduksi gas dan memasok ke PLTGU Tambak Lorok lewat pipa Kalija I sampai 2026, tapi ternyata gasnya sudah akan habis di 2018. Petronas Carigali, operator Lapangan Kepodang, sudah mengumumkan keadaan kahar (force majeure) pada 8 Juni 2017 lalu.
Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso, menyatakan bahwa pihaknya sedang mencari sumber gas baru agar operasi PLTGU Tambak Lorok yang berkapasitas 880 MW tidak terganggu.
"Kita sedang pikirkan, calon sumber gas lain ada," kata Iwan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Selain dari Lapangan Kepodang, PLTGU Tambak Lorok juga mendapat pasokan gas sebesar 50 MMSCFD dari Lapangan Gundih. Jika suplai dari Kepodang terganggu, PLTGU Tambak Lorok masih bisa beroperasi sebagian dengan gas dari Gundih.
"Masih ada dari Lapangan Gundih. Sementara ini masih cukup, untuk ke depan banyak alternatif," ujar Iwan.
Ia menambahkan, kondisi ini tak perlu terlalu dikhawatirkan karena kelistrikan di Sistem Jawa-Bali tidak akan terganggu apabila PLTGU Tambak Lorok tak beroperasi penuh akibat gangguan pasokan gas.
PLTGU Tambak Lorok pun bukan pembangkit 'base load' yang terus beroperasi dengan kapasitas penuh. Pembangkit ini termasuk 'peak load', hanya dioperasikan dengan kapasitas penuh saat beban puncak. Jadi perannya tidak begitu vital, masih bisa ditutup dengan pembangkit lain di Sistem Jawa-Bali.
"Pembangkitnya tidak beroperasi base load," tutupnya. dtc