Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Purworejo. Bermain kelereng biasanya dilakukan anak-anak. Namun yang terjadi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini berbeda. Para lansia di Kelurahan Baledono Selis, Kecamatan Purworejo menggelar adu kelereng.
Acara ini digelar untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-72. Mereka kembali bernostalgia dengan bermain kelereng seperti yang dilakukan pada masa kecil mereka.
Muzamil (80), yang menjadi salah satu panitia lomba mengatakan acara untuk tersebut digelar untuk memeriahkan acara 17 Agustus. Salah satunya bermain kereleng. Permainan kelereng itu oleh warga setempat disebut dengan setinan.
"Untuk nostalgia mengingatkan kami ke masa kecil dulu" katanya Selasa (15/08/17) sore.
Menurutnya permainan tradisional seperti ini sudah hampir punah. Warga setempat kemudian berinisiatif menghidupkan kembali.
Permainan yang digelar di halaman rumah warga di RT 03/ RW 09 itu diikuti oleh beberapa tim. Setiap tim terdiri dari empat orang yang anggotanya anak-anak dan orang tua.
Sebelum permainan dimulai, semua peserta baik anak-anak, orang tua hingga pak lurah pun berjajar rapi dengan mengenakan pakaian tentara ala kadarnya lengkap dengan topi dari bola plastik yang dibelah dua dengan tali plastik sebagai pengikatnya.
Dengan lantang, mereka pun menyanyikan lagu Indonesia Raya sembari hormat kepada Sang Saka Merah Putih yang berkibar di atas tiang bambu setinggi 5 meter.
Permainan pun dimulai ketika bola kelereng yang disebut 'gacuk' dilempar oleh masing-masing peserta dari garis start ke tengah arena yang telah diberi lingkaran putih dengan diameter 2 meter. Kelereng lain yang berjumlah puluhan pun telah berjajar rapi di dalam garis kotak putih berukuran 30 cm x 30 cm yang berada di dalam lingkaran putih tadi.
Dengen menyentil gacuk menggunakan jari tengah, mereka pun berlomba-lomba untuk mengeluarkan kelereng dari dalam garis kotak tadi. Selain itu, peserta juga boleh membunuh lawan dengan cara mengarahkan gacuk hingga mengenai gacuk lawan.
Peserta dikatakan menang jika berhasil memperoleh kelereng terbanyak dan bisa membunuh lawan main hingga permainan selesai.
Sorak sorai penonton pun pecah mengiringi permainan itu.
Salah satu peserta, Mbah Kromo mengaku senang ikut dalam permainan itu. Meski sudah berusia lanjut dan memiliki 16 cucu serta 14 buyut, dia tetap semangat memainkan kelerengnya.
"Seneng, jadi ingat masa kecil dulu" tuturnya.
Dia sendiri masih ingat betul peraturan dalam permainan itu, meski terakhir kali ia bermain setinan saat duduk di sekolah rakyat.
"Nggak lupa, masih bisa. Dulu terakhir main ketika masih kecil," katanya.
Meski kalah dalam permainan itu dia mengaku senang dan bersemangat. "Kalah mas," sambil tertawa.
Dalam permain itu pemenang akan mendapatkan hadiah sederhana berupa kelereng. Juara pertama akan mendapatkan 3 pack kelereng, juara dua memperoleh 2 pack kelereng. Sedangkan juara 3 berhak membawa 1 pack kelereng. Masing-masing pack berisi 100 kelereng dengan harga Rp 10 ribu per pack. (dtc)