Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di masa kolonial, sebenarnya banyak tokoh pejuang yang berasal dari Sumatera Utara. Mereka cukup gigih menentang penjajah. Selain Sisimangaraja XII dari Bakkara dan Garamata (Kiras Bangun) dari Karo, di daerah Simalungun ada sosok pejuang yang tak kalah kerasnya melawan penjajah.
Dialah Tuan Rondahaim, bernama lengkap Tuan Rondahaim Saragih Garingging. Tokoh ini menjadi pemimpin masyarakat Simalungun melawan penjajahan Belanda. Perjuangannya bahkan tidak hanya di sekitar Pematang Raya, tetapi juga mencakup Aceh dan Sumatera Timur.
Tuan Rondahaim adalah seorang raja yang memerintah di Kerajaan Raya, Simalungun. Ia bergelar Tuan Namabajan. Kegigihan Tuan Rondahaim mendapat pengakuan dari para sejarawan yang menelitinya. Salah satunya Anhar Gonggong.
Dalam peluncuran buku biografi Tuan Rondahaim yang berjudul “Napoleon Der Bataks” beberapa waktu lalu, Anhar menyebut Tuan Rondahaim sebagai tokoh yang cukup disegani Belanda. Ia tidak pernah dikalahkan sampai akhir hayatnya.
Kerajaan Raya menjadi satu-satunya kerajaan di Simalungun yang tak pernah berhasil dikuasai Belanda. Hal itu dikarenakan karena sikap Tuan Rondahaim yang tidak mau tunduk dengan Belanda.
Seperti disebutkan dalam buku yang dieditori Erika Rivida Saragih itu, meski Belanda sudah menguasai berbagai daerah di Simalungun, tetapi tidak mampu menguasai Kerajaan Raya yang dipimpin Tuan Rondahaim.
Belanda baru menguasai kerajaan ini 10 tahun setelah Tuan Rondahaim wafat pada 1891. Tuan Rondahaim sendiri lahir pada 1885. Selama memimpin Kerajaan Raya, ia tidak pernah terkalahkan oleh Belanda yang ingin menguasai wilayah itu untuk perluasan kebun mereka.
Salah satu cerita perlawanannya yang hingga kini begitu populer di sebagian besar masyarakat Simalungun adalah ketika Belanda memasuki Rayakahean. Tuan Rondahaim menghadangnya dengan menebang pohon besar yang melintang di Dolog (Gunung) Simarsopah, dekat Desa Bahpasunsang sekarang. Sampai sekarang tempat itu dikenal orang dengan nama Pangolatan (tempat menghadang /Belanda).
Dari sisi kegigihannya menentang penjajah, berbagai kalangan berpendapat sudah sepatutnya Tuan Rondahaim diangkat menjadi pahlawan nasional. Hal itu juga dikatakan sejarawan dari Unimed, Ichwan Azhari.
Kepahlawanan Tuan Rondahaim, menurut Ichwan, terlihat dari sikapnya yang keras menentang penjajah. Ia tidak hanya menghalau pasukan Belanda yang memasuki Simalungun, tetapi juga berani membakar kebun-kebun milik mereka. Ia tak pernah takluk sampai ia meninggal dunia.
Karena kegigihannya menentang Belanda itu, Tuan Rondahaim pun telah mendapat berbagai penghargaan. Salah satunya Piagam Tanda Kehormatan Presiden RI Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dengan nomor 2634/UI/1999. Melalui piagam ini, Rondahaim sudah diakui sebagai salah seorang pejuang dari Sumatera Utara, meski belum sampai kepada pengakuan sebagai Pahlawan Nasional.
Kontroversi
Walau begitu, Tuan Rondahaim tidak lepas dari kontroversi di masyarakat itu sendiri. Salah satunya karena ia diduga melakukan penyerbuan terhadap kerajaan lain yang ada di Simalungun. Antara lain Kerajaan Panei, Sidamanik dan Purba.
Penyerbuan itu memang menjadi kontroversi dan masih diteliti para sejarawan hingga saat ini. Ada dua versi yang melatarbelakangi penyerbuan itu. Ada versi yang menyebut penyerbuan itu karena perbedaan sikap pemimpin kerajaan-kerajaan itu terhadap Belanda.
Tetapi ada juga versi lain yang menyebut, hal itu berkaitan dengan masalah pengingkaran kesepakatan di antara pemimpin kerajaan-kerajaan itu. Boleh jadi karena kontroversi itu yang membuat pengangkatannya menjadi pahlawan nasional menjadi terkendala.
Menanggapi hal itu, budayawan Simalungun, Sultan Saragih, mengimbau sudah saatnya semua lembaga bersatu mendukung Tuan Rondahaim. Hal itu dikatakannya saat seminar tentang Tuan Rondahaim yang digelar Rumah Karya Indonesia (RKI) di Taman Budaya Sumatera Utara, belum lama ini.