Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Bisa dipastikan hampir semua orang Batak tahu atau setidaknya pernah mendengar lagu “Pulo Samosir”. Ya, lagu ini kerap dianggap sebagai lagu kebangsaan orang Batak. Penciptanya adalah Nahum Situmorang, seniman gaek yang hidup di zaman kolonial.
Tidak hanya orang Batak, lagu-lagu Nahum Situmorang juga diminati kalangan umum. Dari ratusan lagu-lagu yang ciptakannya, sebagian besar telah melegenda.
Selain “Pulo Samosir”, lagu ciptaannya yang lain yang cukup terkenal antara lain, “Lissoi”. “Situmorang” “Assideng Assidoli” ” “Nasonang do Hita Nadua” “Nahinali Bangkudu” “Ketabo-ketabo” “Rura Silindung” “Dijou Au Mulak tu Rura Silingdung” dan lain-lain.
Nahum lahir di Sipirok, tepat pada perayaan Valentine, 14 Februari 1908 dan meninggal dunia 20 Oktober 1969. Ia dimakamkan di pemakaman umum, Jalan Gajah Mada, Medan.
Di masa penjajahan, Nahum turut dalam barisan Perintis Kemerdekaan sebagai anggota Kongres Pemuda pada 1928. Ia juga mengikuti sayembara cipta lagu kebangsaan Indonesia. Lagu ini nantinya akan menjadi lagu kebangsaan Indonesia. Dalam sayembara itu lagu Indonesia Raya yang diciptakan WR Supratman terpilih sebagai juara pertama. Sedangkan lagu Nahum masuk dalam lima besar dalam sayembara itu.
Sayangnya, lagu ciptaannya itu tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga hilang begitu saja. Hal itu disebutkan budayawan sekaligus pelaku sejarah, Idris Pasaribu, beberapa waktu lalu.
Idris Pasaribu menyatakan kekagumannya kepada Nahum Situmorang. Menurutnya, Nahum tidak hanya brilian di bidang musik, tetapi juga handal menulis lirik lagu.
Lirik-lirik lagu Nahum Situmorang mengandung unsur-unsur puitis sebagaimana yang diisyaratkan dalam sebuah puisi. Unsur yang dimaksud itu adalah rima, bunyi, makna dan persajakan. Sehingga sekadar dibacakan saja, lirik-lirik lagu itu sudah indah. Meski begitu, lirik-liriknya tidak menjadi abstrak.
Nahum adalah seniman yang merakyat. Ketika banyak musisi Batak yang hijrah ke Jakarta, Nahum justru memilih pulang ke daerahnya. Padahal di ibukota, ia punya kesempatan yang besar untuk tenar. Mengingat pada 1928, di usia yang baru 20 tahun, ia telah diperhitungkan sebagai pencipta lagu.
Hal sama juga pernah disampaikan dosen musik dari Universitas Nommensen, Harry Dikana Situmeang, dalam sebuah seminar tentang Nahum Situmorang yang berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, belum lama ini. Disebutkannya, Nahum adalah seniman nasionalis yang banyak mengangkat realitas yang terjadi di sekitarnya.
Juga ketika banyak musisi Batak yang memilih tema-tema nasionalis dengan eksklusivismenya itu, Nahum justru bergerak dari bawah.
Ia mengeksplorasi potensi yang ada di daerahnya sendiri. Ia menggerakkan energi dalam diri masyarakat. Karena itu, lagu-lagunya kaya akan tema. Mulai dari sosial, budaya, cinta tanah air. Baik sifatnya yang elegi, balada maupun epos.
Arus balik Nahum terjadi di tahun 1932, ketika ia mengikuti ajakan abangnya, Sopar Situmorang, untuk mendirikan sekolah di Tarutung. Sekolah itu bernama Instituut Voor Westers Lager Onderwijs. Sekolah swasta ini bertahan hingga 1942, karena tentara Dai Nippon kemudian mengambilalih kekuasaan Hindia Belanda, lalu menutupnya.
Selama periode menjadi guru itu, Nahum tetap mengasah bakat seninya dengan bolak-balik mentas ke Medan.
Sejak itu, Nahum berkiprah dunia seni secara intens. Ia masuki manusia Batak dengan berbagai puak yang menghuninya. Ia melanglang buana dari Sidimpuan, Sipirok, Sibolga, Tarutung, Siborongborong, Dolok Sanggul, Sidikalang, Balige, Parapat, Pematang Siantar, Berastagi, dan Kabanjahe.
Anak Korek Api
Dijelaskan Idris, keunikan lain yang dimiliki Nahum adalah cara ia menciptakan lagu. Dalam menciptakan lagu ia hanya membutuhkan beberapa batang anak korek api. Dengan anak korek api itu ia menyusun notasi-notasi balok layaknya sebuah partitur.
Karenanya, dimanapun ia berada, Nahum selalu membawa sekotak anak korek api di sakunya. Ia paling suka “nongkrong” di lapo dan mengarang lagu-lagunya di tempat itu.
Kata Idris, Nahum adalah seniman yang mempunyai daya ingat yang tinggi. Di masanya, alat perekam belum begitu populer. Untuk mengingat lagu yang ia ciptakan, ia hanya perlu mengingat pola anak-anak korek api yang disusunnya itu.
Tidak hanya mencipta lagu beraliran pop, Nahum juga menguasai berbagai jenis alairan musik yang sedang berkembang saat itu.. Antara lain latin, jazz dan pop. Karenanya, lagu-lagunya kaya musikal sekaligus enak untuk dinikmati. Tidak heran jika lagu-lagunya itu tetap diproduksi industri rekaman hingga sekarang ini.