Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Kenaikan harga minyak dunia menjadi berkah untuk perusahaan-perusahaan migas seperti Chevron, ExxonMobil, Eni, hingga Petronas. Tapi tidak untuk PT Pertamina (Persero).
BUMN perminyakan itu justru mengalami penurunan laba bersih akibat naiknya harga minyak dunia. Tercatat laba bersih Pertamina pada semester I-2017 sebesar US$ 1,4 miliar, atau turun 24% dibandingkan semester I-2016.
Penyebabnya adalah, posisi Pertamina yang tidak hanya produsen minyak dan gas (migas), tapi juga importir minyak. Setiap hari Pertamina membutuhkan sekitar 400.000 barel minyak mentah untuk diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM), dan 400.000 barel dalam bentuk BBM.
Pada semester I-2016, rata-rata harga minyak mentah masih US$ 36,16/barel, sekarang sudah US$ 48,9/barel atau naik sekitar 30%.
Agar keuntungannya tak terkikis ketika harga minyak menguat, Pertamina berupaya memperbesar kapasitas kilang minyak di dalam negeri. Dengan begitu, impor BBM dapat dikurangi.
"Memang proyek-proyek kilang harus dipercepat," kata VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, Selasa (22/8).
Sekarang ada 4 proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) alias modifikasi kilang dan 2 proyek Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang baru yang sedang dikerjakan Pertamina.
Keempat proyek RDMP adalah RDMP Balikpapan, Cilacap, Balongan, Dumai. Sedangkan kilang baru akan dibangun di Tuban dan Bontang. Kapasitas kilang Pertamina yang sekarang masih 1 juta barel per hari akan meningkat hingga 2,2 juta barel per hari pada 2023.
Selain itu, Pertamina juga melakukan ekspansi ke luar negeri untuk mencari sumber-sumber minyak baru. Sebab, cadangan minyak di dalam negeri sudah makin menipis. Pertamina harus menguasai lapangan minyak di luar negeri untuk mengamankan pasokan.
Adiatma mengatakan, Pertamina bisa mendapat minyak mentah dengan harga lebih murah dari lapangan-lapangan yang dikelola sendiri di luar negeri. Ini jadi salah satu upaya menekan biaya impor minyak.
"Kebijakan sekarang adalah menggenjot lapangan-lapangan di luar negeri, crude-nya (minyak mentah) bisa lebih murah," tutupnya. (dtf)