Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnisdaily.com - Medan. Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi (Latkerpro), Harun Sulianto, mengatakan bahwa terdapat sebanyak 9 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan 1 Rumah Tahanan Negara (Rutan) di Indonesia memiliki beberapa hasil industri beragam dari karya narapidana yang sudah diekspor ke luar negeri. Semisal ke beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, Arab Saudi, Brazil, Inggris, Timur Tengah, Asia, dan Asia Tenggara.
“Seperti yang dilakukan oleh narapidana di Lapas Kelas 1 Surabaya di Porong yang mengekspor mebeulair ke Eropa, Lapas Kelas IIB Banyuwangi mengekspor kerajinan kayu ke Jepang dan Korea Selatan. Narapidana di Lapas Kelas IIA Ambarawa hasil karyanya sarung berupa softball sudah diekspor ke Eropa, dan narapidana di Lapas Kelas IIA Pontianak hasil ekspornya berupa tikar kayu ke Malaysia,” ujarnya melalui siaran pers yang dikirim ke medanbisnisdaily.com, Selasa (22/8/2017).
Kemudian narapidana di Rutan Kelas I Cipinang yang berhasil mengekspor hasil karya tas kulit ke Dubai dan Jepang. Dan narapidana Lapas Kelas IIB Toli-Toli yang mengekspor meja catur ke Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Inggris.
Harun menambahkan terdapat juga tiga Lapas yang narapidananya telah mengekspor hasil karya kerajinan rotan sintetis ke Perancis, Jerman, Belanda, Italia, dan Timur Tengah. “Seperti di Lapas Kelas I Cirebon, Lapas Narkotika Kelas IIA Cirebon, dan Lapas Kelas IIA Banceuy Bandung. “Untuk narapidana di Lapas Kelas I Cirebon selain mengekspor hasil karya kerajinan rotan sintetis juga sudah mengekspor berupa bola kaki ke Brazil,” ujarnya.
Lebih lanjut, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan(Ditjen PAS) tidak hanya memberikan pembinaan pelatihan kepada narpidana di Lapas yang mayoritas dihuni oleh laki-laki saja. Pembinaan membuat hasil kerajinan yang hasil karyanya akan dieskpor ke luar negeri juga diberikan kepada narapidana perempuan. Seperti di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang. “Narapidana di sana sudah mengekspor tas, batik, payet ke Jerman,” tuturnya.
Harun menjelaskan bahwa karya dari narapidana yang diekspor ke luar negeri ini, karena adanya kerjasama yang baik dengan pihak ketiga yang bermitra dengan Ditjen PAS. Dan pihak ketiga juga yang melatih narapidana secara bertahap dan berkesinambungan. Jika hasil karyanya sudah layak jual. Maka narapidana itu mendapat premi dari pihak ketiga tersebut.
Bahkan pihak Ditjen PAS hingga kini berupaya supaya jumlah narapidana yang bekerja di sektor produktif di Lapas terus meningkat. Harun mengatakan ada sekitaran 550 orang narapidana yang sudah ahli mengerjakan produk hasil kerajinan untuk diekspor keluar negeri di Lapas dan Rutan di Indonesia.
Selain itu, untuk mengenalkan hasil karya kerajinan narapidana ke masyarakat dan pihak swasta. Pihak Lapas selalu mengikuti pameran dan sudah bekerjasama dengan beberapa pihak. Sehingga tersedia ruang pameran hasil karya para narapidana.
“Semisal di galerry Sarinah Mall lantai 5 di Gedung Smedco Jakarta, dan di Terminal 3 keberangkatan domestik Bandara Soekarno Hatta yang difasilitasioleh PT Angkasa Pura,” ucap Direktur Latkerpro ini.
Sedangkan Plt Ditjen PAS Ma’mun mengatakan bahwa pembinaan narapidana yang memiliki kemampuan membuat kerajinan tangan ini, bertujuan sebagai bekal supaya mereka ketika sudah selesai menjalani masa hukuman. Narapidana dapat berintegrasi ke masyarakat menjadi manusia pembangunan yang aktif dan produktif.
“Dan dapat mengaktualisasi diri, kreatif, dan inovatif akhirnya menimbulkan kebanggan diri karena mendapat pengakuan sosial atas hasil karyanya yang sudah melalang buana di luar negeri,” tuturnya menjelaskan.