Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Impian nenek Martini (71) menginjakkan kaki di Mekkah dan menatap Ka'bah sirna sejak biro perjalanan umrah yang ia percaya ingkar janji dengan mengulur waktu keberangkatannya.
Nenek Martini yang tinggal di Padang, Sumatera Barat ini mendaftarkan diri untuk umrah ke First Travel pada Maret 2016. Setelah mendaftar kepada agen bernama Mutia, ia dijanjikan berangkat pada Mei 2017.
"First Travel memundurkan jadwal saya sampai 12 Mei 2017, agen Mutia yang kasih tahu, tapi sampai sekarang belum berangkat juga," ucap nenek Martini melalui sambungan telepon kepada detikFinance, Selasa (22/8/2017).
Padahal beberapa minggu sebelum jadwal berangkat. Nenek Martini sangat bersuka cita. Ia menjahit seragam batik biru menjadi pakaian yang nantinya akan digunakan di Mekkah.
Tetangganya pun turut memeriahkan rencana keberangkatan Nenek Martini dengan menyumbang kerudung hingga sepatu. Jadi, Nenek Martini hanya membeli kerudung berwarna kuning yang ia kenakan di foto saja. Sisanya adalah pemberian dari tetangganya.
Ia pun sudah memasukkan barang-barang kebutuhan lain ke koper berwarna cokelat yang diberikan oleh First Travel. "Saya sudah masukkan semua barang keperluan, sudah saya setrika dengan rapi baju yang akan dipakai di sana, masya Allah saya sudah terbayang menatap Ka'bah," ujar Martini sambil terisak.
Wanita kelahiran Pariaman ini sekarang jadi sering menonton tv, demi mengetahui perkembangan First Travel. Nenek Martini mengaku sangat sedih dengan kejadian yang menimpa First Travel.
Dia mengaku tidak bisa berharap banyak jika melihat nasib bos First Travel Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan yang sudah mendekam di penjara.
"Saya inginnya tetap diberangkatkan atau uangnya dikembalikan, tapi wallahuallam untuk berangkat kalau kondisinya seperti ini. Tidak ada harapan, mereka utangnya banyak, asetnya sedikit tapi uang kami sudah mereka habiskan," imbuh dia.
Setelah dia mendapat kabar bahwa tak jadi berangkat. Dia menghubungi Mutia untuk mengajukan pengembalian dana. Nenek Martini diwajibkan mengembalikan koper dan perlengkapan yang sudah diberikan. Pasalnya jika tak mengembalikan, maka uang yang sudah disetorkan akan dipotong.
Dia menceritakan, setelah melihat pemberitaan terkait bos First Travel itu. Dirinya tidak enak makan dan tidak enak tidur. Tekanan darahnya sempat mencapai 190/80 mm.
"Saya tak enak makan dua hari, tak bisa tidur mikirin terus, nangis terus apakah saya bisa berangkat atau mereka kembalikan uang saya," ujarnya.
Uang yang nenek Martini setorkan kepada First Travel adalah hasil kerjanya selama ini. Demi ke Mekkah katanya, Nenek Martini menyisihkan sekitar Rp 100.000 setiap bulan. Ia menjual telur puyuh, kelapa hingga manggis. Tergantung musim hasil bumi apapun ia jual untuk bisa menabung.
"Saya nabung lama sekali, mungkin lebih dari 10 tahun. Karena saya memang ingin sekali ke umrah, tapi kejadiannya seperti ini saya sedih sekali," urainya.
Ia sudah menyetorkan dana sebesar Rp 14,3 juta untuk paket promo umrah First Travel. Kemudian setelah dikabarkan mundur jadwal, Nenek Martini diminta untuk menambah biaya Rp 500.000. Untuk biaya agen katanya, lalu tambah Rp 250.000 untuk biaya koper dan manasik Rp 100.000.
Seminggu kemudian, dia ditelepon oleh Mutia. Sang agen mengabarkan jika Nenek Martini harus membayar lagi sekitar Rp 2,5 juta.
"Saya pingsan itu, dengar kabar itu. Saya tidak mau bayar karena memang tak ada uang," ujarnya.
Dia mengharapkan, masalah ini bisa selesai dengan cepat. Dan First Travel bisa mengembalikan uangnya tanpa potongan apapun. (dtf)