Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com- Medan. Badannya kurus. Wajahnya tirus dengan rambut lurus sebahu. Sepintas penampilannya tak jauh beda dari penyandang tunanetra lainnya. Mengenakan kacamata hitam dan tongkat sebagai alat bantu jalan. Tapi siapa sangka, keterbatasan itu tidak menjadi alasan baginya untuk tetap berkarya di bidang tulis-menulis.
Ya, Xilferius Antonius Arison Silalahi atau yang akrab dengan nama Antonius Silalahi. Pada Juli 2017, ia berhasil meraih juara kedua penulisan artikel HUT ke-71 Bhayangkara yang diselenggarakan Polrestabes Medan.
Di kalangan sastrawan, Antonius sudah cukup dikenal. Puisi-puisinya kerap muncul di berbagai media cetak. Baik terbitan Medan maupun nasional. Puisi-puisi Antonius Silalahi, antara lain terbit di Harian Analisa, Medan Bisnis, Majalah Keuskupan Agung Medan, Menjemaat, Buletin Suara Hati, Gema Braile (Bandung), Pelkris (Semarang), dan Buletin Peka (Jakarta). Ia juga telah menerbitkan dua buku kumpulan puisi yang ditulisnya sendiri, yakni “Matahari” (2005) dan “Bara Hati” (2006).
Ada cerita menarik Antonius Silalahi yang diingat penulis. Dalam sebuah dialog sastra di tahun 2006, seorang peserta bertanya kepadanya tentang bagaimana ia mengikuti kecanggihan teknologi informasi. Alasannya, Antonius juga mengirimkan tulisan-tulisannya ke media cetak lewat email. Dengan nada bercanda, Antonius menjawab dengan nada tegas. “Saya inikan buta, bukan gaptek,” katanya.
Pada 2006, Antonius pernah mendatangi kantor DPRD Medan untuk berdemonstrasi. Tidak perlu banyak orang, katanya. Cukup saya sendiri. Di sana, Antonius membacakan puisi-puisi kritiknya kepada anggota dewan.
Daya juang dan kreativitas Antonius Silalahi memang sudah diakui. Meski sejak kecil ia tak bisa melihat lagi, tapi hal itu tidak menjadi alasan baginya untuk berkarya. Seperti yang dikisahkannya penyakitnya itu bermula ketika demam tinggi menimpanya pada waktu umurnya sekitar 9 tahun. Saat itu ia duduk di bangku kelas 3 SD Inpres Pasar VI, Pematang Siantar. Demam itu sampai berlarut-larut dia alami. Alhasil panas tubuhnya itu sampai menyerang saraf matanya.
Sejak itu, ia mengalami gangguan penglihatan dan tak lama kemudian menjadi buta total.
Sejak kecil, putra Tarianus Silalahi dan Theresia Simbolon ini sudah mengecap kepahitan hidup. Ibunya meninggal dunia ketika dia masih kecil, tepatnya saat dia berusia lima tahun (1978). Pada usia 10 tahun, ayahnya meninggal dunia pula (2 Februari 1983). Sepeninggal kedua orang tuanya, Anton dirawat oleh neneknya. Sehari-hari dia membantu sang nenek bekerja di ladang.
Keajaiban Tuhan
Penderitaan Antonius tidak berlangsung lama karena Tuhan mempertemukannya dengan Suster Jeanette, seorang biarawati keturunan Belanda. Suster Jeanette membawanya ke Medan. Sejak 22 April 1983, Anton pun dimasukkan ke SLB Karya Murni Medan.
Di SLB khusus tunanetra ini, Anton memulai pendidikan sejak dari TK hingga menamatkan SD dan SMP (1990). Setelah tamat SMP, dia melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 8 Bandung. Di sekolah ini, dia belajar bersama siswa yang sehat secara fisik.
Di samping menulis puisi, Antonius juga menulis naskah drama. Drama hasil kreasinya banyak dipentaskan oleh para tunanetra, khususnya acara yang berkaitan dengan Hari Natal.
Naskah dramanya yang berjudul “Keringat Manusia”, sebuah drama komedi dipentaskan di Jakarta (2000). Kemudian, naskah dramanya berjudul “Balada Manusia Berlian” dipentaskan pada hari ulang tahun ke-20 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menjadi cabang SLB Karya Murni di Flores (2004).
Setelah menyelesaikan pendidikan khusus untuk mahasiswa tunanetra dengan gelar SPd, Antonius kembali ke Medan. Ia bergabung pada Komunitas Pualam, sebuah perkumpulan peminat siaran Puisi Malam, salah satu rubrik RRI Pro-2 Medan.
Sebuah puisinya berjudul Surat Pos memperoleh penghargaan sebagai puisi terbaik dalam lomba penulisan puisi kemerdekaan di RRI tersebut. Pada 30 Juni 2006, Anton menikah dengan Verawaty Ginting. Kini mereka telah dikaruniai tiga orang anak.
Riwayat Singkat
Nama Lengkap : Xilferius Antonius Arison Silalahi S Pd,
Tempat Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 21 Mei 1973
Istri : Verawaty Ginting
Pendidikan Terakhir : IKIP Yogyarkata (1994-2000)
Profesi/Prestasi :
-Penulis buku “Dalam Matahari” (2005)dan Bara Hati” (2006)
-Penulis lepas di sejumlah media cetak Medan, Bandung dan Jakarta (1990-kini)
-Staf lepas Majalah Keuskupan Agung Medan, Menjemaat (2000-kini)
-Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Perkumpulan Tunanetra Kristiani Indonesia (PEKTI) Sumut.
Penyedia jasa pijat (1994-kini)