Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com. Langkat-Kalangan petani semangka mengaku dipermainkan pedagang penampung dari penjualan hasil panen. Contohnya cuaca mendung dan membanjirnya produksi merupakan kesempatan pedagang penampung mempermainkan harga pembelian.
Harga anjlok, pedagang spontan menurunkan harga pembelian. Namun begitu merangkak naik, pedagang menyembunyikan naiknya harga pembelian ke petani.
"Kami memberontak. Pedagang menaikkan harga pembelian, dua hari lalu pedagang membeli murah karena cuaca mendung, tetapi cuaca panas harga semangka kok tak naik-naik, terpaksa kami konplain, akhirnya harga semangka kuning/sweetgol atau esteim naik tipis. Dari Rp 1.300 naik jadi Rp 1.700/kg,” kata Andi alias Beged, salah seorang petani semangka di Dusun Pantai Buaya, Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Langkat, Minggu (27/8/2017).
Naiknya harga pembelian diakui pedagang penampung, karena ada pedagang yang masih menekan harga pembelian.
"Dalam dua minggu ini memang harga semangka terus merosot, harga semangka masih anjlok. Tetapi ada penampung dari Aceh yang mau beli sedikit tinggi, jadi hari ini kami beli naik sedikit,” kata Dedy, pedagang penampung di Simpang Kolam, Kecamatan Gebang.
Diakui Dedy, kalau semangka nonbiji memang belum ada peminat yang tinggi, jadi harga pembelian masih stagnan, yakni Rp 1.900 - Rp 2.000/kg.
"Semangka non kita beli ke petani masih di kisaran Rp 2.000/kg, semangka sweetgold naik dari Rp 1.300 - Rp 1.700/kg, dan semangka biji Rp 1.000/kg, untuk hari ini ya, jika besok belum tau lagi, bisa naik dan bisa turun, karena pesan toke saya begitu,” ujarnya.
Pengakuan Darmanto, pedagang penampung semangka di Kecamatan Gebang, ia masih bertahan membeli semangka dengan harga Rp 1.300/kg.
"Belum bisa kita naikkan harga, karena anggota kita yang mengecer di lapangan juga kewalahan. Semangka mereka masih menumpuk di rumah. Semangka yang kita ambil dari petani sejak sepekan lalu masih menumpuk. Artinya,penjualan tak lancar, namun kasihan dengan petani, mau tak mau yang sudah dipanennya terpaksa kita angkut dibawa ke rumah,” paparnya.
“Jika dalam seminggu ke depan juga pemasarannya pada konsumen masih seret, entah apa jadinya semangka yang menumpuk ini,” kata Darmanto lagi.
Pantauan medanbisnisdaily.com, sebagian petani semangka di Kecamatan Besitang dan Kecamatan Gebang, dalam mengeluarkan hasil panennya juga kesulitan. Dari lokasi pertanian, produksi semangka dilansir dengan along-along menggunakan sepeda motor menuju pinggiran sungai, untuk diangkut dengan sampan motor menuju seberang sungai dan selanjutnya dibongkar kembali untuk dimuat ke dalam truk atau pick up.