Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingatkan kembali para menteri agar tidak ada aturan baru yang menjadi penghambat investasi. Apalagi dalam kondisi sekarang, ketika berbagai momentum positif tengah dialami Indonesia.
Hal ini disampaikan Jokowi di depan menteri pada sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa (29/8).
Jokowi menyebutkan, banyak momentum baik internasional maupun dalam negeri yang bisa dijadikan modal mengembangkan perekonomian.
Momentum yang pertama adalah terkait dengan peringkat layak investasi atau investment grade dari lembaga pemeringkat yakni Fitch Rating, Moody's, dan S&P. Lalu, peringkat Indonesia juga melonjak menjadi urutan keempat dari yang sebelumnya posisi delapan sebagai negara tujuan investasi.
Selanjutnya, kepercayaan masyarakat masyarakat terhadap pemerintah juga berada di posisi pertama berdasarkan survei Gallup World Poll. Adapun, momentum yang bisa dimanfaatkan pemerintah adalah terkait dengan kemudahan berusaha atau ease of doing business (EODB). Di mana, peringkat Indonesia berada diurutan 91.
Sedangkan momentum dalam negeri seperti tingkat inflasi yang sudah di bawah 4% sehingga mendorong Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate menjadi 4,5%.
"Momentumnya bertumpuk-tumpuk, tetapi kalau kita tidak memanfaatkan betul ini jangan sampai ada yang enggak ngerti ada momentum ini," kata Jokowi.
Dengan momentum ini, kata Jokowi, diharapkan pemerintah secepatnya melakukan perbaikan di dalam kementerian/lembaga untuk memberikan manfaat pada rakyat dan negara.
Momentum yang paling bisa dimaksimalkan adalah mendatangkan investasi sebanyak-banyaknya ke Indonesia. Selain mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, investasi juga membuka banyak lapangan pekerjaan.
"Sehingga yang sudah di depan pintu kita, itu investor, investasi oleh sebab itu jangan sampai ada kementerian-kementerian yang masih penghambat, belum peduli terhadap momentum ini, sehingga masih bekerja rutinitas, masih bekerja monoton, tidak memiliki terobosan, sehingga ya, ya rutinitas kita begini terus," jelas dia. (dtf)