Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Penyerapan tenaga kerja saat ini dianggap masih belum maksimal lantaran mengalami berbagai kendala. Dua kendala yang paling menjadi masalah terkait ketidaksesuaian (mismatch) pekerjaan dan pekerja dengan kemampuan di bawah kualifikasi.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, pertumbuhan angkatan kerja baru rata-rata sekitar 2 juta orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 37% angkatan kerja yang bekerja sesuai dengan jurusan pendidikan yang ditekuni. Artinya sebanyak 63% orang Indonesia bekerja tidak sesuai dengan jurusannya.
"Ini jadi masalah, per tahun angkatan kerja baru rata-rata 2 juta. Dari dua juta ini ada 2 problem utama, satu mismatch yang tinggi. Hanya 37% (yang bekerja sesuai jurusan)," ungkap Hanif di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (29/8/2017).
"Artinya dari 10 orang lulusan pendidikan formal kita, hanya 3-4 orang yang match dengan pekerjaannya. Sekolah di kesehatan kerja di maritim itu," ujarnya.
Selain itu, permasalahan lain yang menjadi kendala adalah pekerja dengan kemampuan di bawah kualifikasi, di mana status pendidikannya tidak sesuai dengan kompetensinya.
"Yang kedua adalah underqualified. Jadi status pendidikannya tidak sesuai dengan kompetensinya. Lulusan S1 komputer tapi enggak bisa komputer," terangnya.
Bahkan Hanif memberi contoh, di salah satu Balai Latihan Kerja (BLK) ada 65 Sarjana strata 1 yang tidak memenuhi kualifikasi. Padahal BLK menurutnya hanya diprioritaskan bagi angkatan kerja pendidikan SD dan SMP saja.
"Di salah satu BLK ada 65 orang lulusan S1 yang enggak bisa apa-apa, itu di BLK. Padahal BLK itu cuma buat lulusan SD SMP saja. Ini problemnya," pungkasnya. (dtf)