Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Moskow. Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan konflik besar membayangi Semenanjung Korea tanpa solusi dialog. Putin menyebut tekanan lebih besar untuk Korut hanya akan mengarah pada jalan buntu.
Peringatan ini dilontarkan Putin setelah Korut menembakkan sebuah rudal balistik jarak menengah hingga melintasi wilayah Jepang bagian utara, pekan ini. Peluncuran rudal ini menuai kecaman banyak pihak, terutama Korea Selatan (Korsel), Jepang dan Amerika Serikat (AS).
"Persoalan di kawasan ini hanya bisa diselesaikan melalui dialog langsung antara pihak-pihak terkait, tanpa prasyarat apapun," ucap Putin seperti dilansir AFP, Jumat (1/9).
"Ancaman, tekanan dan hinaan dan retorika militan menjadi jalan buntu," imbuhnya dalam pernyataan yang dirilis kantor kepresidenan Rusia.
Ditegaskan Putin dalam pernyataan itu, bahwa tekanan semakin besar terhadap Korut demi menghentikan program nuklir rezim komunis itu, merupakan hal yang 'salah dan sia-sia'.
Ketegangan di Semenanjung Korea mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, setelah rentetan uji coba rudal oleh rezim Korut. Pada Selasa (29/8) pagi, Korut menembakkan sebuah rudal balistik jenis Hwasong-12 hingga melintasi wilayah Jepang. Peluncuran itu membuat Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa 'seluruh opsi' masih terbuka, yang merujuk pada aksi militer AS terhadap Korut.
Dewan Keamanan PBB mengecam keras peluncuran rudal terbaru Korut dan meminta negara terisolasi itu segera menghentikan program rudal dan nuklirnya. Yang terbaru, pesawat-pesawat pengebom dan jet tempur siluman AS ikut serta dalam latihan perang di Korsel. Latihan ini bertujuan memamerkan kekuatan pada Korut.
Lebih lanjut, Putin menyatakan kekhawatiran soal Semenanjung Korea 'berada di ujung konflik besar' dan menyerukan semua pihak untuk ikut terlibat dalam program mediasi yang disusun oleh Rusia bersama China.
Putin juga menyinggung komentar Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov saat berbicara via telepon dengan Menlu AS Rex Tillerson, yang menekankan soal 'perlunya menahan diri dari seluruh langkah militer yang bisa memicu konsekuensi tak terduga'. (dtc)