Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dirangkai dengan ritual sembahyang Pho Tho, Yayasan Sosial Angsapura (Yasora) Medan kembali melakukan rangkaian kegiatan kemanusiaan dengan menyalurkan paket sembako kepada 293 kepala keluarga (KK) di 3 desa di Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, Minggu (10/9/2017).
Paket sembako berupa 10 kilogram beras, 2 kilogram gula dan 1 kotak mi instan yang penyalurannya di pusatkan di Pendopo Taman Peristirahatan Angsapura Sibiru-biru tersebut, secara simbolis diserahkan Ketua Umum Yasora Tony Harsono, Sekretaris Umum Deddy Iskandar SH, Ketua Membidangi Sosial Effendi Simin SE, Sekretaris Pembina Burhan Samin MKes PA (K), Sekretaris II Teti SH MKn, Pengawas Pendi dan Johan Efendi, Kabid TPA A Budiaji, Masa Kades Aji Baho, Kepala Desa dan Kepala Dusun Selamat Paimun dan Ngateno serta Pengurus Yasora lainnya. Ritual sembahyang Pho Tho tersebut turut dihadiri Wakil Ketua Pembina Yasora yang juga mantan Ketum Yasora 2 periode Eddy Chandra.
Tony Harsono dalam keterangan tertulisnya yang diterima medanbisnisdaily.com, Minggu (10/9/2017), mengatakan, Yasora Medan akan terus berkomitmen untuk membantu warga kurang mampu dalam setiap rangkaian kegiatan sosial yang dilaksanakan. Sebagai organisasi sosial, Yasora tidak memfokuskan bantuan itu, hanya dalam menyambut hari-hari besar keagamaan semata.
“Seperti yang baru saja kita laksanakan di Taman Peristirahatan Angsapura di kawasan Sibiru-biru. Bantuan sembako yang diserahkan kepada 293 KK kurang mampu tersebut, adalah dalam rangka melakukan ritual sembahyang Pho Tho,” ujar Tony.
Menurut Tony Harsono, prosesi sembahyang arwah tersebut dipimpin seorang suhu dan dihadiri sejumlah Pengurus Yasora Medan serta puluhan warga masyarakat Tionghoa lainnya di kawasan Taman Peristirahatan Angsapura Sibiru-biru.
Dijelaskan, sembahyang Pho Tho dilakukan untuk mengirim doa kepada leluhur yang arwahnya tidak punya keluarga. “Bahkan menurut kepercayaan bahwa bulan ketujuh pintu neraka telah terbuka, maka bulan ini disebut sebagai bulan hantu berkeliaran. Ritual sembahyang ini setiap tahunnya dilaksanakan dan biasanya pada bulan ketujuh,” jelas Tony Harsono.
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus upaya menenangkan hati para arwah/roh dan
memberikan perlindungan bagi keluarga yang ditinggali, maka para arwah diberikan berbagai sesaji berupa makanan dan uang kertas atau replika baju, rumah dan harta benda yang dibakar.