Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Sebanyak 6 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2015 mengalami kerugian yang bertambah. Keenam BUMN tersebut, antara lain PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) Rp 200 miliar dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) Rp Rp 400 miliar.
Selain itu, empat BUMN perkebunan juga tercatat mengalami kerugian usai mendapatkan PMN 2015, yaitu PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Rp 98 miliar, PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Rp 100 miliar, PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Rp 18 miliar dan Perkebunan Nusantara III (Persero) Rp 3,15 triliun.
Pada 2015, PMN diberikan kepada 35 BUMN dengan total Rp 41,165 triliun. Sedangkan di 2016 PMN diberikan kepada 14 BUMN dengan total Rp 41,810 triliun.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius Kiik Ro, mengungkapkan pemberian PMN kepada enam BUMN tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap keuntungan perseroan, dibutuhkan waktu beberapa tahun. Selain itu, penyerapan PMN oleh BUMN juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Saya dapat katakan enggak ada hubungan langsung antara investasi dengan profitability. Justru kadang biaya muncul duluan sebelum memberikan hasil," ujar Aloy dalam jumpa pers di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2017).
Jika dirinci, PTPN III mendapatkan PMN 2015 sebesar Rp 3,150 triliun dengan realisasi penggunaan mencapai 100% yang didistribusikan ke anak usahanya, PTPN VII, IX, X, XI, dan XII.
Pada 2016 PTPN III mengalami kerugian Rp 1,387 triliun akibat dampak kemarau basah yang berdampak ke rendemen gula. Selain itu, adanya revitalisasi pabrik gula untuk meningkatkan kapasitas produksi di masing-masing anak perusahaan. Hal ini juga yang dialami serupa oleh anak usaha PTPN III lainnya.
PT Dok Perkapalan Surabaya (Persero) mendapatkan PMN Rp 200 miliar dengan realisasi penggunaan 56,34%. Dana PMN tersebut rencananya digunakan untuk pengadaan floating dock 8.500 TLC dan modernisasi peralatan kerja.
PTDI mendapatkan PMN sebesar Rp 400 miliar dengan realisasi penggunaan 42,75%. Dana PMN tersebut rencananya digunakan untuk pengembangan program pesawat maritim, peningkatan fasilitas perakitan pesawat dan pendukungnya, peningkatan kemampuan dan kapasitas pesawat, dan peningkatan modal kerja.
Aloy menambahkan tambahan modal dari negara tersebut menambah struktur permodalan kepada BUMN. Pemberian tambahan modal negara alias PMN tersebut Di 2015, PMN diberikan kepada 35 BUMN dengan 5 program, antara lain program kedaulatan pangan, program pembangunan infrastruktur, program pembangunan maritiim, program kemandirian ekonomi nasional, dan program industri pertahanan dan keamanan nasional.
"Hampir seluruh Indonesia sebarannya di 32 provinsi mendukung proyek strategis nasional," tutur Aloy.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam menyerap PMN, antara lain penyiapan pelaksanaan proyek memerlukan beberapa tahapan dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, khususnya proyek infrastruktur. Selain itu, pelaksanaan tender pengadaan barang yang mempunyai spesifikasi khusus dan adanya kenaikan harga yang signifikan misalnya kapal, mesin, dan galangan.
Tidak hanya itu, proses pembebasan lahan juga menghadapi beberapa kendala yang terbilang kompleks sehingga memerlukan waktu yang cukup lama. Ditambah lagi ada beberapa BUMN yang mengajukan perubahan peruntukan dana PMN.
"Dana 2015 mencapai 60% dari total Rp 41 triliun tersebut," kata Aloy.
Sedangkan alokasi PMN BUMN tahun 2016 mencapai Rp 41,810 triliun kepada 14 BUMN. Realisasi penggunaan PMN BUMN 2016 sudah mencapai 21% atau Rp 8,9 triliun. Lambatnya serapan dana PMN juga disebabkan oleh pencairan dana PMN yang terjadi di akhir tahun atau Desember 2016.
Selain itu, penyelesaian proses perizinan dan pemilihan mitra strategis untuk pembangunan proyek juga memakan waktu yang lama dan beberapa proyek bersifat tahun jamak, alias multiyears.
Jika dilihat kinerja keuangan 41 BUMN penerima PMN tahun 2015-2016, 75% BUMN berhasil membukukan laba bersih. Sedangkan 3 BUMN berhasil menurunkan rugi bersih, antara lain PT Krakatau Steel (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero), dan PT Dok Kodja Bahari (Persero).
Kemudian 7 BUMN mengalami kenaikan rugi bersih, antara lain PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara X (Persero), PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) dan Perkebunan Nusantara III (Persero). (dtf)