Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Industri ritel nasional diprediksi masih mengalami perlambatan hingga akhir tahun. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebutkan perlambatan terjadi karena konsumen dalam negeri mengalami perubahan pola.
Ketua umum Aprindo Roy Mandey mengatakan sejak 2013 pertumbuhan industri ritel terus menurun. Dia mencontohkan, industri ritel saat ini ibarat kura-kura sedang membawa beban.
"Semester I tahun ini ritel hanya tumbuh 3,7% sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya masih di kisaran 9,2%," kata Roy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Dia menjelaskan, semester II hingga akhir tahun bisnis ritel masih tumbuh meski melambat. Roy mengharapkan bisa tumbuh di kisaran 8-9%.
"Meskipun kenyataannya hanya akan tumbuh 6-7% atau realnya sekitar 7,5%," ujar dia.
Roy menjelaskan, pertumbuhan pada semester II bisa didorong dengan harga energi yang terjaga baik mulai dari listrik, bahan bakar minyak. Selain itu penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 4,5% dan terjaganya iklim investasi juga menjadi pendorong pertumbuhan.
Menurut Roy, usaha ritel modern sedang mengupayakan pertumbuhan yang terjaga yakni dengan menyelenggarakan promosi hingga diskon belanja untuk menarik minat pembeli. (dtf)