Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Pemerintah berupaya menyediakan transportasi massal yang memadai untuk masyarakat Jabodetabek. Salah satu upayanya dengan membangun mass rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT) di kawasan Jabodetabek.
Hadirnya MRT dan LRT juga diharapkan bisa mengurai kemacetan di Jabodetabek yang semakin parah. Sebab masyarakat akan didorong menggunakan transportasi umum tersebut.
Namun menurut Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, peran MRT dan LRT tidak akan maksimal jika tidak ditunjang angkutan umum yang memadai. Oleh karena itu dibutuhkan restrukturisasi angkutan umum.
"Sebenarnya enggak percuma, tapi ada PR tambahan yang tidak boleh dilupakan, yakni restrukturisasi angkutan umum. Ini seperti dilupakan. Sementara tahun depan sudah ada yang mulai beroperasi, tahun depannya lagi juga 2019 sudah hampir semua beroperasi MRT dan LRT," tuturnya, di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Danang mengatakan, yang menjadi masalah kronis mengenai transportasi di Jakarta adalah angkutan umumnya. Sudah berpuluh-puluh tahun tidak ada restrukturisasi angkutan umum. Sementara kondisi angkutan umum yang tidak layak menjadi salah satu alasan masyarakat ogah meninggalkan kendaraan pribadinya.
"Bahkan dari saya masih kuliah samapai sekarang mungkin sudah 20 tahun itu Kopaja P20 masih sama bentuknya. Yang jadi masalah sekarang feeder-nya. Untung saja ada ojek online, tapi ini tetap harus dibenahi," imbuhnya.
Menurut Danang perlu dilakukan segera restrukturisasi angkutan umum. Hal itu agar ketika MRT dan LRT sudah rampung, maka angkutan penunjangannya sudah tersedia untuk mengantar ke titik-titik tertentu.
"Harus dari sekarang disiapkan, sehingga jaringan sudah kelihatan. Kalau masih seperadis sangat sulit bagi masyarakat dapat manfaatnya," tukasnya.
Dia khawatir, ketika MRT dan LRT sudah siap dioperasikan tidak optimal pemanfaatanya oleh masyarakat. Padahal investasi yang digelontorkan sudah cukup besar.
"Itu ketakutan saya paling besar, bahwa nanti MRT dan LRT sudah besar-besaran, tapi jumlah penumpang yang naik tidak sesuai yang diharapkan. kemudian untuk menjamin keberlangsungan usaha minta subsidi lagi. Jadi saya lebih takut operasinya ketimbang konstruksinya," tandasnya. (dtf)