Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Harga garam terbilang masih tinggi, meski dalam beberapa pekan terakhir sudah mulai menunjukkan penurunan. Hujan yang sudah tak lagi turun di beberapa sentra garam membuat produksi sudah mengalami peningkatan.
Sekjen Persatuan Petambak Garam Indonesia (PPGI), Muhammad Sarli, mengungkapkan harga garam kasar di tingkat petani sampai saat ini dipatok di kisaran Rp 850/kg. Harga tersebut masih di atas harga saat stok normal tahun lalu yakni Rp 550-750/kg.
"Masih mahal garam produksi petani, harganya Rp 850/kg. Alhamdulillah, kami petani senang. Tapi harga itu sudah jauh turun dibandingkan saat mahal yakni sampai Rp 3.500/kg. Kalau harga patokan normalnya kan Rp 550-750/kg," kata Sarli, Kamis (14/9).
Mulai turunnya harga garam sejak beberapa minggu ini, jelas dia, karena panen petambak yang mulai naik setelah hujan tak lagi turun di sentra-sentra produksi.
"Ini kan sudah tidak hujan lagi. Apalagi ini juga lagi musim kemarau, kemarin kan masih hujan terus meski lagi musim kering. Otomatis turun harganya, bukan karena impor masuk, karena stoknya sudah mulai banyak," tutur petani garam asal Indramayu ini.
Lanjut dia, harga tersebut relatif ideal untuk petani garam. Pasalnya, saat kemarau dan panen puncak, harga garam malah kerap anjlok di bawah Rp 500/kg.
"Kami senang harga segitu, mahal tapi masih relatif tidak terlalu tinggi. Biasanya kalau panen banyak bisa malah harganya cuma Rp 300/kg. Semoga ini harganya agak lama bertahan," pungkas Sarli.
Sarli mengungkapkan, harga garam masih tinggi saat panen mulai melimpah, lantaran permintaan garam masih tingginya permintaan untuk memenuhi kekosongan pasca kelangkaan beberapa waktu lalu.
"Petani sudah banyak yang panen. Tapi masih mahal karena masih banyak permintaan. Kemarin kan kekurangan, banyak gudang yang kosong. Nah panen sekarang itu buat memenuhi permintaan itu," kata Sarli.
Selain itu, sambungnya, belum semua daerah produksinya naik secara serentak. Sejumlah daerah masih kekurangan garam, sehingga perlu mendatangkan garam dari sentra lainnya.
"Kayak di Lampung itu kan garamnya masih kurang banyak, mereka beli dari sini di Jawa. Makanya meski produksi banyak tapi stoknya belum mencukupi," terangnya.
Sarli menuturkan, kondisi saat ini cukup menguntungkan petani garam. Karena saat musim kemarau atau puncak panen, harga garam bisa anjlok hingga Rp 300/kg.
"Masih mahal garam produksi petani, harganya Rp 850/kg. Alhamdulillah, kita petani senang. Tapi harga itu sudah jauh turun dibandingkan saat mahal yakni sampai Rp 3.500/kg. Kalau harga patokan normalnya kan Rp 550-750/kg," pungkas Sarli. (dtf)