Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Bantul. Akibat kekeringan di musim kemarau panjang dan kecerobohan warga, kasus kebakaran lahan di Kabupaten Bantul kerap terjadi. Berdasarkan catatan Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, sejak Juni sampai sekarang sudah ada 13 peristiwa kebakaran.
"Ada 13 kasus kebakaran lahan, terakhir kebakaran lahan jati dan akasia di Pringgading, Guwosari Pajangan, Rabu kemarin," kata Wakil Ketua Satuan Tugas Pemadam Kebakaran BPBD Bantul, Yohanes Widyatmoko, Kamis (14/9/2017).
Menurutnya, kebakaran lahan di Bantul paling sering dikarenakan perilaku warga yang membakar sampah sembarangan. Akibatnya bara api dari sampah tersebut setelah tertiup angin, lalu merembet ke lahan warga yang tanamannya sudah mengering.
"Kalau ada percikan api sedikit pasti terjadi kebakaran," terangnya.
Oleh sebab itu dia meminta agar masyarakat tak sembarangan membakar sampah. Karena bila saat membakar sampah orang tersebut lalai, bisa saja kobaran api merembet ke daun dan pepohonan sekitarnya.
"Perlu ada peningkatan sosialisasi agar warga tidak lagi membakar sampah sembarangan," kata dia.
Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto, membenarkan memang budaya warga membakar sampah sembarangan masih menjadi penyebab utama kasus kebakaran lahan di Bantul. Dia berharap masyarakat semakin sadar terhadap ancaman kebakaran lahan.
"Kan budaya masyarakat saat ini, masih saja suka meninggalkan sampah yang dibakar begitu saja. Kebiasaan ini yang harus diubah," sebutnya.Dwi meminta agar masyarakat yang membakar sampah, bersedia menunggu sampah-sampah tersebut terbakar sampai habis. "Kalau tidak, percikan api dari sampah itu bisa cepat menyebar ke dedaunan kering di lahan-lahan sekitarnya," pungkasnya. (dtc)