Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Setiap ekspresi seni dan budaya dalam masyarakat tradisi memiliki nilai-nilai. Nilai-nilai itu bagian dari falsafah yang mencerminkan kepribadiannya. Begitu juga masyarakat Batak Toba. Salah satu ekspresi seni budayanya itu diwujudkan dalam bentuk tarian tor-tor.
Tor-tor tidak hanya gerak tubuh yang estetis, melainkan bernilai filosofis. Setiap gerakannya mengandung nilai-nilai tertentu.
Demikian dijelaskan Kepala Pusat Dokumentasi dan Kajian Budaya Batak Universitas HKBP Nommensen, Manguji Nababan, kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (16/9/2017)
Lebih jauh Manguji menjelaskan, tarian ini selalu terkait dengan ritus-ritus yang bersifat spiritual yang ada kaitannya dengan lingkungan. Sebagaimana ciri kosmologis mereka, orang Batak Toba mendasarkan pengalaman empiris dan sipritualitas mereka, salah satunya melalui tari tor-tor.
Musik (gondang) dan tor-tor adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karenanya, bicara tentang musik (gondang) berarti berbicara tentang tor-tor. Nama-nama reportoar gondang pun sering menjadi nama tor-tor itu sendiri. Hal itu disebabkan karena penamaan itu merupakan tujuan langsung dari tor-tor itu sendiri.
Dalam praktiknya manortor punya aturan. Sebelum para peserta manortor dengan iringan gondang, terlebih dulu dilakukan sebuah ritus khusus yakni dengan mambuat tuah ni gondang (mensucikan gondang). Yaitu dengan memainkan sebuah reportoar musik sebanyak tujuh kali putaran. Setelah gondang disucikan, tahap selanjutnya pun dimulai. Diawali dengan tor-tor “mula-mula”. Tor-tor ini adalah bentuk pengakuan manusia akan penciptaan. Bahwa semua yang ada di bumi ini memiliki awal.
Kemudian dilanjutkan dengan “somba-somba” yakni menyembah Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta) yang merupakan Sang Asal-Muasal itu. Lalu tor-tor “liat-liat” yang memiliki makna bahwa manusia harus mengolah hidupnya dengan tuntunan Mulajadi Nabolon, figur yang disembah itu. Dalam tor-tor “liat-liat” seseorang manortor dengan berkeliling.
“Setelah melewati proses itu, lalu dilanjutkan dengan tor-tor lainnya yang muatannya disesuaikan dengan latarbelakang hajatan itu. Jika upacara pernikahan maka gondangnya akan berbeda dengan upacara kematian,” kata Manguji.
Nilai-nilai
Ditambahkan Manguji yang pernah meneliti dan menulis buku tor-tor ini, dahulu tor-tor juga merupakan sarana komunikasi untuk menjelaskan status seseorang. Misalnya, bila seseorang mengangkat tangan dan menunjukkan satu jari tangan kanan dan mengepal jari tangan kiri, artinya dia hanya memiliki seorang anak laki-laki (putra).
Bila seorang penari (panortor) meletakkan tangan keduanya di atas pundak, artinya semua anaknya dan perilaku anaknya serta kehidupannya masih menjadi beban dan tanggungjawab yang harus dipikul. Bila kedua tangan perlahan-lahan diturunkan dan berada dipinggang, berati kesetiaan penari kepada pasangannya. Bila seorang penari menyilangkan tangan di dada, artinya dia sering menjadi sasaran cemohan, selalu mendapat hambatan dan permasalahan lainnya dalam kehidupannya.
Sedangkan seorang penari yang meletakkan kedua telapak tangan di atas kepala, artinya dia mohon perlindungan, belas kasihan dari manusia dan penciptanya untuk melindunginya. Bila kedua tangan dirapatkan dipinggang dan telapak tangan dikepal mengarah ke belakang, artinya masih banyak rahasia hidupnya yang belum diberitahukan kepada orang lain.
Bila seseorang penari merentangkan tangan ke kiri dan ke kanan dengan telapak tangan terbuka kesamping artinya anak-anaknya semua atau sebagian besar sudah mandiri dan menempati ruang yang luas di penjuru desa.
Bila seseorang merentangkan tangan ke depan dengan telapak tangan terbuka dan tangan kiri ditutupkan diperut, artinya menghimbau datangnya rejeki atau bantuan kerja sama untuk keberuntungan kepadanya. Bila tangan kiri rapat didada dan telapak tangan terbuka artinya dia mengimbau dengan tebuka menciptakan persahabatan dan kerukunan.
Bila tangan kanan dijulurkan ke depan serta tangan kiri ditutupkan di dada artinya mohon dihentikan segala perbuatan yang mencemari merugikan kepada dirinya. Bila kedua tangan diarahkan kedepan dan telapak tangan terbuka ke atas serta sering dilipat menutup artinya ajakan mari bersama-sama ajakan kepada semua untuk menari bersama, menjalin persahabatan dan mempererat persaudaraan.