Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Automated People Mover System (APMS) atau Skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta resmi beroperasi hari ini. Pembangunan kereta antar terminal ini menelan biaya investasi hingga Rp 950 miliar dengan rincian Rp 530 miliar untuk pengadaan trainset dan Rp 420 miliar untuk pembangunan infrastruktur.
Pengadaan trainset disiapkan oleh PT LEN Industri (Persero) dan Woojin asal Korsel, sementara itu pembangunan lintasan beserta shelter oleh PT Wijaya Karya Tbk dan PT Indulexco.
"Skytrain ini merupakan hasil dari sinergi yang baik antara 3 BUMN yakni Angkasa Pura II, LEN Industri, dan Wika. Kami berharap sinergi ini dapat menjadi contoh bagi BUMN lainnya untuk memberikan yang terbaik bagi negeri," jelas Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin di Shelter Skytrain Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (17/9/2017).
Baca juga: Skytrain Bandara Soetta Bakal Beroperasi Tanpa Masinis
Pembangunan Skytrain tahap pertama ini memakan waktu kurang lebih 12 bulan dari September 2016 lalu. Pengerjaan proyek ini pun mendapatkan pengawasan yang ketat dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN.
"Lebih cepat hanya 12 bulan ini karena kolaborasi saja karena semua mengawasi, Menhub mengawasi, Bu Menteri BUMN mengawasi, tadi juga dia singgung kalau sudah cerewet. Kalau misalnya semua kerja bareng ya saya kira memang bakal lancar," tutur Awaluddin.
Pembangunan Skytrain sangat diburuhkan di Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan pergerakan pengguna jasa yang tinggi. Skytrain menjadi alternatif transportasi selain shuttle bus, taksi, atau kendaraan pribadi.
"Memang kami juga butuh cepat karena pergerakan orang-orang di bandara ini sudah tidak efektif, terlalu padat karena ada bus, taksi, dan kendaraan pribadi," ujar Awaluddin.
Kehadiran skytrain di bandara negara lain pun sudah umum digunakan. Beberapa negara ada yang membangun skytrain di dalam dan luar bandara.
"KLIA itu ada yg di dalam dan di luar. Jadi dia punya dua terminal yakni untuk low cost carrier operator sama terminal full service operator, dia juga di luar untuk pergerakan pengguna jasanya. Di beberapa negara lain ada yang di dalam juga seperti di bandara internasional Hong Kong yang dikoneksikan dengan kereta bandaranya," kata Awaluddin.
Sedangkan skytrain di Bandara Internasional Soekarno Hatta sengaja dibangun di luar gedung bandara. Pasalnya pergerakan pengguna jasa antar terminal terbilang cukup tinggi.
"Nah kalau Soekarno Hatta ini saya bilang kawasan 1.800 hektar ini butuh solusi untuk people mover yang di luar, karena pergerakannya padat sekali dan kurang efektif yang terjadi. Sehingga kami minta itu dikurangi, tapi kan kami enggak bisa minta itu kalau nggak menyediakan sarana prasarananya, jadi sarananya kami siapkan makanya ini kapasitasnya lebih besar dari di Changi dan KLIA," tutup Awaluddin.(dtf)