Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Yangon. Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengaku prihatin mendengar eksodus etnis minoritas muslim Rohingya dari Rakhine. Suu Kyi menyatakan akan mencari tahu pemicu eksodus tersebut.
"Kami prihatin mendengar sejumlah muslim melarikan diri hingga ke perbatasan Bangladesh," ucap Suu Kyi dalam pidato publik pertamanya yang ditayangkan langsung oleh televisi-televisi lokal Myanmar, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/9).
"Kami ingin mencari tahu mengapa eksodus ini terjadi. Kami ingin berbicara dengan orang-orang yang melarikan diri, juga orang-orang yang tetap tinggal. Saya pikir tidak terlalu diketahui bahwa mayoritas besar muslim di Rakhine tidak ikut eksodus," tuturnya.
Suu Kyi menambahkan, pemerintahannya telah melakukan setiap upaya untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas, dan menciptakan keselarasan antara muslim dan sebagian besar warga Buddha di Rakhine.
Penghitungan terbaru PBB menyebut, lebih dari 410 ribu warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh. Jumlah itu tercatat sejak 25 Agustus, setelah konflik kembali pecah di Rakhine karena serangan militan Rohingya terhadap puluhan pos polisi dan pangkalan militer Myanmar.
Serangan militan Rohingya itu berujung operasi militer besar-besaran di Rakhine yang disebut-sebut memicu eksodus warga Rohingya. Suu Kyi sendiri tidak menyinggung soal operasi militer di Rakhine sejak 25 Agustus itu. Dia hanya menyebut bahwa setelah 5 September tidak ada lagi bentrokan senjata di Rakhine. "Tidak ada bentrokan bersenjata dan tidak ada operasi pembersihan," tegasnya.
Dalam pidato berdurasi 30 menit ini, Suu Kyi mengutarakan kembali kalimat yang pernah menjadi retorika khas darinya saat dielu-elukan dunia internasional sebagai pejuang HAM beberapa tahun lalu.
"Kebencian dan ketakutan adalah momok utama di dunia kita," ucap penerima Nobel Perdamaian tahun 1991 in, seperti dilansir AFP.
"Kita tidak ingin Myanmar menjadi negara yang terpecah-pecah oleh keyakinan agama atau etnis... Kita semua punya hak atas identitas kita yang beragam," imbuhnya.
Dalam pidatonya ini, Suu Kyi tidak menggunakan istilah 'Rohingya' untuk menyebut minoritas muslim di Rakhine. Suu Kyi hanya sekali menyebut nama Rohingya saat membahas soal militan bersenjata Tentara Keselamatan Arakan Rohingya (ARSA) yang juga disebut sebagai militan Rohingya.(dtc)