Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Teheran. Iran bertekad untuk meningkatkan kemampuan rudalnya dan tak akan meminta izin dari negara manapun untuk melakukan hal itu. Penegasan itu disampaikan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Dalam pidatonya di Teheran, Rouhani menekankan bahwa Iran tak akan berhenti meningkatkan kekuatan militernya. "Kita akan meningkatkan kekuatan militer kita sebagai pencegah. Kita akan meningkatkan kemampuan rudal kita ... Kita tak akan meminta izin dari siapapun untuk membela negara kita," tegas Rouhani dalam pidato saat parade Angkatan Bersenjata hari Jumat ini yang disiarkan televisi pemerintah Iran.
"Semua negara di dunia mendukung kesepakatan nuklir di Majelis Umum PBB tahun ini ... kecuali Amerika Serikat dan rezim Zionis (Israel)," cetus Rouhani, seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (22/9).
Komentar Rouhani itu disebut-sebut akan meningkatkan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat. Sebab sebelumnya dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB, Trump menuding Iran memproduksi rudal-rudal "berbahaya" dan mengekspor kekerasan ke Yaman, Suriah dan negara-negara lainnya.
Trump juga mengkritik kesepakatan nuklir yang dicapai Iran dan enam negara kekuatan dunia -- AS, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman -- pada 2015 lalu. Dalam kesepakatan itu, Teheran setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan dilonggarkannya sanksi-sanksi ekonomi.
Namun Trump menyebut kesepakatan nuklir tersebut telah mempermalukan AS. Trump juga menuding Iran memanfaatkan kekayaannya untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, pemberontak Houthi di Yaman dan membahayakan perdamaian di Timur Tengah.
Dalam pidatonya, Trump mengindikasikan dirinya bisa mencabut kesepakatan nuklir Iran tersebut.
"Kita tidak bisa membiarkan rezim pembunuh terus melakukan aktivitas yang mendestabilisasi sambil membuat rudal-rudal berbahaya, dan kita tidak bisa mematuhi sebuah kesepakatan, jika sama saja menutupi pembangunan program nuklir yang sebenarnya," cetus Trump dalam pidato pertamanya sebagai Presiden AS di sidang Majelis Umum PBB pada Selasa (19/9) waktu setempat. (dtc)