Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Industri Kecil dan Menengah (IKM) tengah dihadapkan dengan masalah biaya pemasaran yang cukup tinggi. Karena alasan itu, IKM hanya melakukan pemasaran produknya dari mulut ke mulut di warung-warung terdekat atau pun berdasarkan pesanan.
Tantangan lain yang harus dihadapi oleh IKM dalam mengembangkan usahanya yakni keterbatasan modal. Alhasil, IKM ragu untuk melangkah ke pasar modern yang membutuhkan stok besar dan waktu tunggu perputaran uang yang cukup lama.
Di samping itu, terbatasnya jumlah konsumen IKM semakin membuat industri ini hanya dikenal oleh segelintir orang saja sehingga sangat sulit untuk dikenal. Hal itu turut diperparah dengan minimnya dana yang harus dikeluarkan untuk mempromosikan produk melalui pameran atau iklan di media.
Jalan keluarnya, IKM harus memiliki strategi baru untuk memasarkan produk dengan efektif sekaligus rendah biaya. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Ditjen IKM) pun menjawab tantangan ini dengan memberikan berbagai fasilitas untuk IKM.
Ditjen IKM kini turun tangan membantu akses pembiayaannya melalui KUR, meningkatkan keterampilan pemilik IKM melalui berbagai pelatihan teknis dan pendampingan Tenaga Penyuluh Lapangan. Lalu dari aspek pemasaran, IKM diberi kesempatan untuk memamerkan produknya lewat beragam pameran di Plasa Pameran Industri.
Bila produknya diminati masyarakat, IKM tersebut bisa 'naik kelas' ke Pameran Nasional dan produk terunggul, bahkan diberikan kesempatan untuk merangkul konsumen internasional melalui Pameran di Luar Negeri.
Meskipun demikian, fasilitas-fasilitas ini dirasa masih kurang menjangkau konsumen IKM. Selain itu, anggaran yang dikeluarkan untuk fasilitasi sangat besar. Dengan semakin berkembangnya ekonomi digital dan e-commerce, IKM juga perlu untuk lebih aktif memasarkan produknya melalui media online dan media sosial.
"Kesulitannya, kebanyakan IKM belum tahu cara jualan via internet yang baik," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Gati Wibawaningsih dalam keterangan tertulis, Minggu (24/9).
Semakin banyaknya platform yang mendukung ekonomi digital, kata Gati semestinya peluang IKM untuk menjangkau konsumen semakin besar. "Ponsel yang digunakan untuk telepon, sms, whatsapp dan medsos harusnya bisa dimanfaatkan untuk jual produk juga. Tapi mungkin masih ada yang sungkan dan malu. Dengan adanya marketplace, IKM punya wadah lain untuk menjual produknya," tandasnya.
Karena itu, bersama marketplace Ditjen IKM menggadang program E-Smart IKM. Program itu merupakan sebuah solusi pemasaran bagi industri kecil dan menengah.
E-smart IKM adalah sistem database IKM yang tersaji dalam profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang ada. Pelaksanaan program E-Smart IKM dilakukan melalui workshop bersama marketplace seperti bukalapak.com dan Blanja.com. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada IKM agar dapat menjual produknya melalui pasar digital.
Workshop tersebut dilaksanakan selama 2 haria. IKM dibimbing oleh tenaga ahli dari marketplace lokal dalam hal fotografi produk dan langkah-langkah melakukan transaksi penjualan secara online.
Selain itu, IKM juga dibekali pengetahuan dalam rangka mengembangkan usahanya. Bekal pengetahuan itu di antaranya informasi mengenai kredit usaha rakyat, restrukturisasi mesin dan peralatan, standarisasi produk, serta pengetahuan-pengetahuan mengenai pengembangan produk dan strategi pricing.
"Melalui workshop e-smart, IKM belajar cara memasarkan produk secara online yang efisien, rendah biaya, dan menjangkau konsumen di seluruh Indonesia. Tahun 2019 kami menargetkan 10.000 IKM bisa ikut program ini, dan akan ada sedikitnya 30.000 produk IKM yang dapat diakses konsumen melalui marketplace," tutup Gati.(dtf)