Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Elia Massa Manik, mengirimkan pesan instan melalui WhatsApp (WA) kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, terkait kenaikan harga minyak dunia.
Kenaikan harga minyak dunia tersebut dikhawatirkan merugikan Pertamina, karena harga bensin Premium dan Solar bersubsidi tidak naik.
"Pak Massa tadi pagi WA, Pak harga minyak mentah sudah naik terus. Kalau premium di-gap oleh pemerintah nanti Pertamina bagaimana," ujar Jonan, menirukan isi percakapan dalam acara Pertambangan dan Energi Expo 2017 di Hotel JW Marriot, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (26/9).
Jonan pun berseloroh mengapa hal tersebut ditanyakan kepadanya, padahal Massa lah yang memimpin Pertamina.
"Ya Pertamina tetap Pertamina. Jadi kadang-kadang Pak Massa juga, ini yang Dirut siapa kok tanya saya," tambah Jonan diikuti tawa undangan.
Jonan menambahkan, subsidi energi menjadi topik hangat yang selalu diperbincangkan, namun tidak menjadi perbincangan hangat badan usaha.
Subsidi energi tahun depan di dalam RAPBN 2018 mengalami kenaikan dibandingkan tahun ini. Tahun depan dialokasikan subsidi energi sebesar Rp 94,54 triliun, sedangkan tahun ini Rp 89,85 triliun.
"Kalau kita lihat, pemerintah berusaha menekan subsidi energi sebanyak mungkin tanpa mengorbankan daya beli masyarakat. Di 2018 kalau enggak salah subsidinya lebih besar sedikit, kira-kira Rp 100 triliun," tutup Jonan.
Dilansir dari Reuters, harga minyak dunia jenis Brent menyentuh titik tertinggi dalam 26 bulan terakhir. Ini terjadi karena Turki mengancam bakal memblokade ekspor minyak dari kawasan Kurdi, berkaitan dengan referendum yang terjadi.
Harga kontrak minyak Brent untuk pengiriman Npvember naik 46 sen ke US$ 59,48/barel, setelah kemarin sempat naik 3,8%. Brent sempat menyentuh US$ 59,49/barel atau titik tertinggi sejak 10 Juli 2015.
Sementara kontrak minyak produksi Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman November naik 15 sen ke US$ 52,37/barel. Sempat menyentuh titik tertinggi di US$ 52,43/barel, ini tertinggi dalam 5 bulan terakhir. (dtf)