Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah memiliki sejumlah data aktivitas Gunung Agung. Kepala PVMBG Kasbani membuat 5 analisis atas perkembangan terkini.
"Dengan kondisi data pemantauan pada saat ini, probabilitas untuk terjadi letusan masih tinggi dibanding probabilitas untuk tidak terjadi letusan. Namun demikian, probabilitas letusan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada data pemantauan terkini," kata Kasbani, Jumat (29/9).
Kasbani menambahkan analisis kedua yakni jika terjadi letusan kemungkinan besar akan diawali letusan kecil. Namun memungkinkan untuk diikuti oleh letusan yang lebih besar, besarnya letusan tidak bisa dipastikan.
"Tanggal dan waktu pasti letusan tidak dapat diprediksi namun PVMBG akan mengeluarkan peringatan saat kondisi berubah dan jika teramati kecenderungan yang lebih tinggi untuk terjadi letusan," ujar Kasbani.
PVMBG juga menegaskan berwisata di Bali masih aman. Akan tetapi, turis tidak diperkenankan memasuki area radius 9 kilometer dari kawah Gunung Agung dan sektoral tenggara, selatan, barat daya dan utara hingga timur laut sejauh 12 kilometer dari kawah.
"PVMBG terus berkoordinasi dengan BNPB untuk memperkuat sistem peringatan dini letusan. Pengunjung di Bali dan masyarakat setempat harus tetap mematuhi rekomendasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia," ucap Kasbani.
Sementara itu, data yang telah dihimpun PVMBG sejak Gunung Agung berstatus awas pada Jumat (22/9) malam yakni sebagai berikut:
Seismik/Kegempaan:
Gempa vulkanik yang tercatat masih menunjukkan jumlah yang tinggi. Gempa-gempa ini mengindikasikan adanya peretakan batuan di dalam tubuh gunung api yang disebabkan oleh pergerakan magma.
Perhitungan magnitudo gempa menunjukkan besaran yang terus meningkat. Magnitudo gempa terbesar selama masa krisis ini adalah gempa dengan magnitudo M4.3 pada tanggal 27 September 2017 pukul 13:12 WITA. Akhir-akhir ini gempa semakin sering dirasakan oleh masyarakat di sekitar Gunung Agung dan Batur, dan beberapa gempa terbesar bahkan dapat dirasakan di daerah Denpasar dan Kuta.
Gempa vulkanik diperkirakan berada di bawah kawah hingga kedalaman 20 km dari puncak Gunung Agung.
Penginderaan Jauh Satelit:
Satelit telah mendeteksi adanya emisi asap putih (uap) dan area panas yang baru di kawah puncak Gunung Agung. Luas area panas ini teramati telah membesar selama sepekan terakhir, termasuk satu rekahan baru di tengah kawah di mana emisi asap putih (uap) juga terus berlangsung.
Pengamatan Visual:
Emisi asap putih (uap) dari kawah umumnya teramati dengan ketinggian rata-rata 50-200m di atas puncak. Saat ini emisi asap (uap) teramati relatif lebih menerus.
Setelah gempa dengan magnitudo M4.2 pada tanggal 26 September 2017 pukul 16.27 Wita, asap putih (uap) keluar dengan intensitas lebih besar dan teramati sampai ketinggian sekitar 500 meter di atas puncak.
Deformasi:
Analisis data tiltmeter mengindikasikan adanya inflasi (penggembungan) pada tubuh Gunung Agung.(dtc)